KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pamor bank digital terus melejit setelah bank berlomba-lomba menghadirkan aplikasi yang andal. Perbankan digital juga semakin gencar menggaet nasabah baru untuk meningkatkan jumlah dana pihak ketiga (DPK) tahun ini. BCA Digital misalnya, per Juni 2022 telah menghimpun DPK Rp 4,22 triliun, naik dari dari Juni 2021 yang sebesar Rp 86,92 miliar . Jika dirinci 69,90% simpanan berasal dari deposito dan sisanya adalah tabungan. Direktur Utama BCA Digital Lanny Budiati menyebut, peningkatan tersebut berkat edukasi yang dilakukan oleh BCA Digital melalui pengetahuan dan literasi finansial.
"Kami juga memberikan informasi mengenai digital banking itu sendiri, sehingga masyarakat menjadi lebih paham mengenai bagaimana digital banking itu bekerja," kata Lanny, Jumat (15/7).
Baca Juga: Keren, Empat Bank Tanah Air Masuk Jajaran Elite Bank Digital Global, Ini Daftarnya Selain itu, perusahaan terus mengembangkan produk-produk serta ekosistem digital yang menjawab kebutuhan nasabah dan masyarakat, serta meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan kemudahan untuk para nasabah dalam bertransaksi melalui platform blu. Tahun ini BCA Digital menargetkan DPK yang terkumpul mencapai Rp 5 triliun. Pihaknya, optimistis dapat mencapai target bahkan melebihi proyeksi perusahaan karena antusias masyarakat yang dinilai masih tinggi. Untuk mencapai target tersebut, anak usaha Bank BCA ini fokus pada peningkatan basis nasabah yang berkualitas, mengembangkan produk-produk yang menjawab kebutuhan nasabah dan masyarakat serta menghasilkan pendapatan untuk perusahaan. Selain itu, meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan kemudahan untuk para nasabah dalam bertransaksi melalui pengembangan layanan, infrastruktur, fitur dan produk Blu beserta ekosistem digitalnya. Tak berbeda, Allo Bank juga meraih kinerja memuaskan. Hingga Mei 2022, Allo Bank berhasil menghimpun DPK Rp 3,46 triliun, atau naik 84,04% yoy. Mayoritas simpanan adalah deposito yakni 93,35% dari total simpanan. Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo bilang, DPK Allo Bank naik cukup signifikan khususnya dari deposito. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pricing yang direspon positif oleh masyarakat. "Meskipun kami sadar, bahwa hal ini tentu punya korelasi dengan adanya biaya yang tidak murah," terang Indra. Dengan realisasi itu, Allo Bank membidik total DPK sekitar Rp 7,5 triliun tahun ini. Ia menyebutkan, bahwa deposito masih menempati porsi yang terbesar disamping AlloPrime sebagai produk tabungan unggulan.
Baca Juga: Bank Indonesia Isyaratkan Biaya Transfer BI Fast Akan Turun dari Rp 2.500 Sementara itu, Bank Raya akan fokus pada pertumbuhan dana murah (CASA) melalui
digital saving. Untuk itu, perusahaan membentuk ekosistem
gig economy melalui Community Branch, memanfaatkan ekosistem yang dimiliki oleh fintech dan BRI Group.
"Kemudian berbagai aktivitas digital marketing yang ditunjang berbagai program bagi para nasabah Bank Raya yang bertujuan untuk meningkatkan retensi nasabah Bank Raya dalam menabung dan bertransaksi," jelas Sekretaris Perusahaan Bank Raya Ajeng Hapsari. Hingga Juni 2022, Bank Raya telah memiliki sekitar 700.000 rekening nasabah (NOA) untuk digital saving dengan pengguna aktif sekitar 600.000. Sementara per Mei 2022, total DPK Bank Raya turun 45,08% yoy menjadi Rp 10,56 triliun. "Penurunan DPK secara yoy, didasarkan pada fokus Bank Raya untuk menurunkan biaya dana (CoF), sehingga Bank Raya lebih fokus pada akuisisi CASA melalui digital saving sehingga diharapkan dana mahal dapat kami kurangi," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi