KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Bank Jago Tbk (
ARTO) akan didukung kemitraan strategis dan rencana meningkatkan pembiayaan lewat fitur
paylater. Dengan cakupan nasabah yang semakin luas, ARTO juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan pinjaman langsung. Analis Sinarmas Sekuritas Ivan Purnama Putera memandang, ARTO memiliki lanskap yang menjanjikan untuk memperluas pinjaman melalui kemitraan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan pinjaman yang terlihat menjanjikan. Bank Jago berhasil mencatat pertumbuhan pinjaman sebesar Rp 15,76 triliun di kuartal kedua yang bertumbuh 40,1% YoY dan 9,8% QoQ. Pinjaman ini berada dalam level keyakinan bank dengan pertumbuhan 30%- 40%, meskipun pembiayaan Syariah masih berkurang.
Ivan mencermati, bertumbuhnya pinjaman ARTO terus didorong oleh kemitraan & ekosistem pinjaman dengan pertumbuhan 67,0% YoY dan 12,0% QoQ, sementara pinjaman lembaga keuangan dan pembiayaan Syariah menurun. “Hal ini sejalan dengan kemitraan yang lebih erat dengan para mitra, terutama GoTo Financial (GTF) dan BFIN untuk menyalurkan pinjaman karena mereka terus mengembangkan produk dan fitur baru bersama-sama,” ungkap Ivan dalam riset 30 Juli 2024. Selain lewat kemitraan, ARTO juga bertujuan untuk meningkatkan kontribusi
buy now pay later (BNPL) menjadi 60% dari level 40% untuk saat ini. Serta meningkatkan pinjaman langsung mulai tahun depan mungkin karena sebagian besar saat ini masih dalam proses pengembangan dan finalisasi. “TikTok-Tokopedia yang baru bermitra juga menjadi target ARTO untuk memperluas pinjaman,” sambung Ivan.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Unggulan Usai Kocok Ulang Indeks FTSE dan MSCI Nasabah yang diakuisisi ARTO dari nasabah GOTO saat ini penetrasinya baru sekitar 10%, dengan target bank digital tersebut melihat peluang untuk mencapai 40%-50%. Selain itu, ARTO juga berupaya untuk menggaet nasabah dan pedagang TikTok-Tokopedia. Ivan menuturkan, ARTO juga memiliki ruang luas untuk pertumbuhan Rasio dana murah atau
current account saving account (CASA). Setelah sebelumnya meluncurkan GoPay Tabungan, Bank Jago terus berinovasi untuk meningkatkan rasio CASA. Simpanan nasabah Bank Jago terpantau tumbuh sebesar 46,7% YoY dan 12,2% QoQ menjadi Rp 14,8 triliun per kuartal kedua karena ARTO baru-baru ini meluncurkan fitur auto budgeting untuk tujuan Tabungan. Adapun pada kuartal kedua 2024, Term Deposit (TD) Bank Jago tumbuh 99% YoY dan 16,8% QoQ, sementara CASA tumbuh 25,7% YoY dan 9,5% QoQ. “Bank Jago masih menunjukkan hasil yang solid melalui kolaborasi dengan mitra meskipun masih tertekan oleh pembiayaan Syariah,” sebut Ivan. Analis JP Morgan Sekuritas Indonesia Harsh Wardhan Modi memandang, Bank Jago adalah salah satu bank digital terbaik di Indonesia. Dan kini tampaknya ARTO berada di jalur yang tepat untuk naik dari basis yang rendah tahun lalu, dengan pangsa pasar pinjaman 18 bps pada tahun 2023. Harsh menjelaskan, model bisnis Bank Jago didasarkan pada serangkaian kemitraan dengan berbagai perusahaan keuangan dan juga perusahaan ekonomi digital, sebagai tambahan dari sistem pembayaran ARTO sendiri, serta kredit dan buku deposit. GoTo mungkin merupakan mitra paling penting bagi Bank Jago. Hanya saja, bahkan dalam skenario yang sangat positif, JP Morgan tidak melihat GoTo akan menyumbang lebih dari sepertiga pinjaman Bank Jago dalam 2-3 tahun ke depan.
Baca Juga: IHSG Tembus Rekor Baru, Saham-Saham Big Cap Ini Jadi Penyokong Tesis investasi jangka panjang untuk saham ARTO bertumpu pada kemampuan bank digital ini untuk meningkatkan buku kredit berisiko rendah dan
yield tinggi dengan berkolaborasi dengan mitra yang memiliki data penjaminan emisi yang mendalam. Namun tesis ini berisiko ditantang jika biaya kredit tidak terkendali. Harsh menyebutkan bahwa menciptakan waralaba transaksi, menavigasi siklus kualitas aset, dan meningkatkan pangsa pasar adalah langkah-langkah dalam membangun bank berkualitas tinggi. Mengelola proses ini dalam dekade pertama bank akan menentukan pengembalian dan kelipatan untuk dekade berikutnya. “Bank Jago telah mampu mengelola kredit, kualitas aset, dan pinjaman kemitraan untuk saat ini meskipun ada beberapa risiko. Manajemen risiko ini memberi kami keyakinan bahwa ARTO mampu meningkatkan skalanya,” ungkap Harsh dalam riset 26 Juli 2024. Bank Jago (ARTO) telah mencapai 10 juta nasabah, dan memiliki banyak data transaksional, yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pinjaman langsung. Kolaborasi yang lebih dalam dengan GoTo dan mitra lainnya pada produk biaya dan asuransi seharusnya bisa mendukung pertumbuhan
non-interest income (Non-II) ARTO. “Prospeknya menjanjikan, tetapi akan membutuhkan waktu untuk sepenuhnya terwujud,” ujar Harsh.
Baca Juga: Bank Digital Berlomba Optimalkan Ekosistem, Begini Rekomendasi Analis Adapun ARTO melaporkan laba bersih kuartal kedua sebesar Rp 28 miliar yang bertumbuh 23% YoY dan 30% QoQ, sehingga laba kumulatif selama semester pertama 2024 menjadi Rp50 miliar yang bertumbuh 23% YoY. Ivan mengamati, pertumbuhan laba bersih ARTO terutama didorong oleh pendapatan operasional biaya-lain dan penurunan biaya provisi masing-masing sebesar 43,6% YoY dan -56,1% YoY, sehingga
cost of credit (CoC) menjadi lebih rendah sebesar 1,6%. Hasil ini mampu dicapai meskipun
net interest income (NII) turun sebesar -14,9% YoY karena pendapatan bunga turun sebagai akibat dari pembiayaan Syariah yang terus berkurang, menurunkan imbal hasil pinjaman. Sehingga mendorong NIM dan PPOP (-41,3% YoY) ke level yang lebih rendah juga, tetapi cenderung memperbaiki Biaya Kredit alias CoC.
Pinjaman syariah hanya mencapai Rp 73 miliar pada kuartal kedua atau lebih rendah 95% YoY dan 53,6% QoQ. Hasil ini juga memengaruhi imbal hasil pinjaman
(loan yield) turun menjadi 7,7% pada kuartal kedua 2024 dibandingkan 12,2% pada kuartal kedua 2023 dan 8,1% pada kuartal pertama 2024. Selain pembiayaan syariah,
rebalancing juga dilakukan terhadap BNPL dengan imbal hasil yang lebih tinggi. Di sisi lain, Cost of Fund (CoF) ARTO tetap datar di 3,1% di kuartal kedua daripada kuartal sebelumnya, tetapi cukup turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dengan berbagai faktor tersebut, Ivan merekomendasikan
add untuk ARTO dengan target harga sebesar Rp 2.840 per saham. Sedangkan, Harsh memberikan rating
overweight dengan target harga Rp 2.900 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati