Kinerja BBCA Tertopang Kredit



JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil menorehkan kinerja menggembirakan. Di semester I-2010 lalu, BBCA berhasil meraup laba bersih Rp 3,98 triliun. Pencapaian ini lebih tinggi 20,5% daripada laba bersihnya di semester I-2009, sebesar Rp 3,3 triliun. Adapun, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) bank ini mencapai Rp 5,86 triliun.

Pertumbuhan kredit mendorong kinerja BBCA. Per Juni 2010, BBCA menyalurkan Rp 131,6 triliun. "Penyaluran kredit ini meningkat 22,6% dibanding Juni 2009 sebesar Rp 106,96 triliun," jelas D.E Setijoso, Direktur Utama BBCA.

Berbekal prestasi itu, BBCA berani menaikkan target pertumbuhan kreditnya tahun ini dari 15% menjadi 20%. Ini sekaligus jawaban dari cibiran BBCA pelit memberi kredit.


KPR jadi andalan

Menurut Wakil Direktur Utama BBCA Jahja Setiaatmadja, hingga Mei 2010, pertumbuhan kredit BCA 19,6%. Ini melebihi pertumbuhan industri yang hanya 16,6%. Analis Bahana Securities Teguh P. Hartanto menilai, BBCA punya keinginan kuat untuk mendongkrak kredit. Ia memperkirakan, kredit BBCA setidaknya tumbuh 16%. "Kredit yang akan menjadi pendorong adalah KPR dan pembiayaan mobil," ujarnya.

Hingga Juni, BBCA menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) senilai Rp 15,4 triliun dan kredit kendaraan Rp 11,7 triliun. "Keuntungan BBCA akan banyak diperoleh dari kredit mikro dan konsumer, karena bunganya masih tinggi," kata Andrew Siahaan, Analis Reliance Securities.

Analis Andalan Artha Advisindo (AAA) Sekuritas A.G. Pahlevi menambahkan, Central Sentosa Finance (CSF), anak usaha BBCA yang bergerak di sektor pembiayaan, juga akan menyokong kinerja BBCA. Ia memperkirakan, SSF akan menyalurkan pembiayaan Rp 1 triliun. "Penyaluran ini akan didukung oleh bunga kredit yang relatif belum terlalu tinggi," ucapnya.

Pahlevi memprediksi, sepanjang 2010, kredit mikro BBCA tumbuh 39%, konsumer 25%, dan korporasi 39%. Teguh mengestimasi, NII BBCA tahun ini akan mencapai Rp 12,3 triliun. Adapun, laba bersihnya Rp 8,12 triliun. "Saya merekomendasikan tahan dengan target harga Rp 6.300 per saham," ujarnya.

Andrew lebih pesimistis. Ia merekomendasikan jual saham BBCA karena harganya sudah terlalu tinggi. "Target harganya Rp 5.150 per saham," katanya. Dia memperkirakan BBCA akan meraup NII Rp 16,57 triliun dan laba bersihnya hanya Rp 7,58 triliun.

Tak sepakat, Pahlevi menyarankan beli dengan target harga Rp 7.100 per saham. Ia meramal, NII BCA sebesar Rp 17,15 triliun dan laba bersihnya Rp 8,7 triliun. Tahun lalu, BBCA mengantongi NII Rp 14,9 triliun dan laba bersih Rp 6,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie