Kinerja BDMN semester I tak sesuai ekspektasi



JAKARTA. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) membukukan laba bersih Rp 1,49 triliun selama semester I-2014. Laba bersih tersebut turun 25% year on year (yoy). Sedangkan secara kuartal, laba bersih BDMN di kuartal II-2014 yakni Rp 614 miliar, turun 37% yoy dan 30% quarter on quarter (qoq).

Analis Standard Chartered, Jaj Singh dalam riset 17 Juli 2014 mengatakan, laba bersih BDMN di kuartal II-2014 di bawah perkiraan. Rendahnya laba bersih BDMN karena peraturan baru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait pengakuan premi asuransi dan biaya perolehan.

Jika sebelumnya pendapatan asuransi bisa 100% diakui di muka, maka sekarang harus dilakukan secara bertahap sesuai masa pinjaman. Hal ini berpengaruh pada Asuransi Adira Finance sebagai anak usaha BDMN.


Andi Ferdinand, analis Batavia Prosperindo Sekuritas mengatakan, perubahan peraturan OJK hanya mengubah metode pencatatan pendapatan asuransi.  Yang perlu dicermati menurut dia, peningkatan cost of fund BDMN akibatnya, net interest margin  (NIM) BDMN turun. Jaj menambahkan, NIM BDMN saat ini 8,1% turun 160 basis poin (bps) secara yoy.

Menurut Alexander Margaronis, analis BCA Sekuritas dalam riset 18 Juli 2014, penurunan NIM saat ini diperburuk dengan persaingan yang semakin ketat, pertumbuhan ekonomi dan permintaan kredit yang lemah. Selain itu, tingkat suku bunga tinggi menambah tekanan biaya dana BDMN. Ia memperkirakan, NIM BDMN 7,9% di 2014.

BDMN masih mampu menjaga non performing loan (NPL). BDMN berhasil menurunkan NPL menjadi 2,1% dari 2,4% secara yoy. Jaj berharap rasio NPL tetap datar di 2,1% sepanjang tahun ini.

BDMN juga masih mampu meningkatkan kredit 13,5% yoy menjadi Rp 140,65 triliun. Ini berasal dari pertumbuhan segmen komersial 28% yoy jadi Rp 28 triliun. Sementara, kredit untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM) tumbuh 16% menjadi Rp 22,9 triliun. Kredit segmen komersial naik 28% menjadi Rp 17,4 triliun. Kredit segmen korporasi, tumbuh 34% menjadi Rp 16,6 triliun. Lalu, kredit otomotif lewat Adira Finance naik 7% jadi Rp 49 triliun.

Andi melihat, tantangan BDMN dan emiten perbankan lainnya di semester II-2014 lebih besar. Pasalnya, Bank Indonesia belum ada sinyal menurunkan suku bunga. Tahun depan, The Fed akan menaikkan suku bunga. "Di 2014-2015 tren suku bunga rendah akan belum terjadi," ujar dia.

Selain itu, BDMN masih mengandalkan segmen mass market dengan pembiayaan kendaraan Adira Finance. Padahal, industri pembiayaan kendaraan bermotor saat ini juga sedang kurang bagus.

Andi pun memprediksikan, pendapatan bunga bersih BDMN tahun ini hanya tumbuh 1,1% menjadi Rp 13,7 triliun dari Rp 13,5 triliun di tahun lalu. Sedangkan laba bersih tahun ini turun 18% menjadi Rp 3,3 triliun dari Rp 4,04 triliun di 2013. Alexander memperkirakan, pendapatan bunga bersih BDMN Rp 14,05 triliun dengan laba bersih Rp 3,7 triliun.

Jaj merekomendasikan, in-line dengan target harga Rp 4.335 per saham. Andy dan Alexander merekomendasikan hold dengan target masing-masing Rp 4.150 dan Rp 3.690. Senin (21/7), harga BDMN turun 3,23% ke Rp 3.895 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana