KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jasa Marga Tbk (
JSMR) diyakini dapat mencatatkan perbaikan kinerja pada tahun ini. Dua faktor yang dapat mendorong kinerja JSMR adalah pulihnya
traffic serta penyesuaian tarif yang akan mendorong pertumbuhan pendapatan. Analis Samuel Sekuritas Andreas Kristo dalam risetnya pada 23 Februari menuliskan, JSMR dapat membukukan pertumbuhan pendapatan masing-masing 13% dan 14% untuk tahun 2022 dan 2023. Hal ini akan ditopang oleh pertumbuhan volume transaksi, pengoperasian jalan tol baru, dan penyesuaian tarif. “Volume transaksi akan segera kembali ke level pre-covid mengingat volume transaksi sepanjang 2021 yang naik +8.3% YoY dan setara 86% dari volume transaksi 2019,” ujar Andreas dalam risetnya.
Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) Bersiap Divestasi Satu Ruas Tol di Jabotabek pada Semester I Selain itu, Andreas melihat, rencana JSMR yang menyesuaikan tarif di enam ruas tol pada tahun ini akan turut mendorong pendapatan. Terlebih, kontribusi pendapatan ruas tol tersebut setara 25% pendapatan di Januari - September 2021. Namun, di satu sisi, adanya potensi kenaikan tingkat suku bunga acuan juga bisa berdampak pada tingkat utang JSMR. Andreas memproyeksikan, beban bunga JSMR akan meningkat disebabkan oleh kenaikan weighted average cost of debt (WACD) ke 7.1% di 2022. Adapun pada Desember 2021, WACD JSMR sebesar 6.53%. Beban bunga yang sebelumnya dikapitalisasi pada ruas tol yang baru beroperasi juga akan mendorong kenaikan WACD tersebut. Guna meminimalisir dampak negatif kenaikan suku bunga, JSMR berencana untuk mengurangi porsi utang
floating di level anak usaha. Pasalnya, sekitar 30% utang JSMR merupakan
fixed rate dengan tingkat bunga 6.5% - 6.75%.
Baca Juga: Tarif Tol Dalam Kota Bakal Naik Mulai 26 Februari 2022, Ini Rincian Terbarunya Dari sisi modal belanja atau
capital expenditure (capex), Andreas melihat JSMR punya anggaran yang lebih moderat pada tahun ini. Hal ini tercermin dari target tambahan jalan tol operasional yang cukup rendah sebesar 12.65 km di 2022 dan 31 km di 2023. Padahal, rata-rata tambahan jalan tol operasional pada 2016–2020 sebesar 120 km per tahun. “Ini akan membuat panjang jalan tol operasional sebesar 1,290 km di 2023. Sehingga, kami memproyeksikan capex sekitar Rp 12 triliun untuk dua tahun ke depan, jauh lebih rendah dibandingkan dengan era
heavy capex cycle di 2017–2020 yang sebesar Rp 16,1 triliun per tahun,” imbuhnya.
Baca Juga: Ini Konsorsium Pemilik Proyek Jalan Tol Terpanjang di Indonesia Di sisi lain, Andreas juga menilai divestasi JSMR yang masih akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Adapun,aset potensial yang didivestasikan adalah ruas jalan tol yang porsi mayoritas kepemilikannya masih dimiliki oleh JSMR. Nantinya, pembeli potensial ruas tersebut adalah INA, Astra Infra, RKI atau investor lainnya. Selain itu, JSMR juga berencana untuk meminta persetujuan pemegang saham atas rencana
spin-off jalan tol Trans Jawa di mana 13 ruas jalan tol tersebut mencatat pendapatan tol sebesar Rp 5,23 triliun di Januari-September 2021. Saat ini, Andreas masih merekomendasikan beli untuk saham JSMR dengan target harga Rp 4.150 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati