Kinerja Bisnis Kedaung Indah Cukup Cerah



JAKARTA. Produsen alat rumah tangga PT Kedaung Indah Can Tbk (KICI) mencatatkan pertumbuhan penjualan yang cerah pada semester I-2013. Lonjakan permintaan produk perusahaan ini pada akhir kuartal II-2013 menjadi salah satu penopang penjualan.

Direktur Keuangan PT Kedaung Indah Can Tbk Hadi Muliyono bilang, hingga semester I-2013, permintaan produk rumah tangga milik perusahaan ini sudah meningkat sebagai antisipasi konsumen menghadapi Lebaran. "Permintaan kami meningkat sekitar 40%," katanya.

Sepanjang semester I-2013, perusahaan berkode emiten KICI ini membukukan penjualan Rp 53,54 miliar, naik 10,4% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini ditopang oleh penjualan di pasar domestik. Penjualan KICI di pasar domestik mencapai Rp 40,2 miliar, naik 18,2% ketimbang periode yang sama tahun lalu.


Peningkatan penjualan di pasar domestik juga didorong oleh kenaikan permintaan produk kemasan dari produsen makanan, terutama menjelang puasa dan Lebaran.

Permintaan kemasan dari PT Nissin Biscuit Indonesia misalnya, pada semester I-2013 tumbuh 37,7% dibanding periode yang sama tahun lalu. Selama semester I-2013, penjualan kemasan perusahaan ke Nissin Biscuit mencapai Rp 13,5 miliar atau sekitar 25,21% dari total penjualan Kedaung Indah.Akibat kenaikan permintaan produk kemasan kaleng, Hadi bilang, pihaknya mengantisipasi dengan menaikkan kapasitas produksi kemasan kaleng. Sejak dua bulan sebelum puasa, Kedaung sudah menambah produksi kemasan kaleng sekitar 50%. Catatan saja, biasanya produksi kaleng kemasan perusahaan sekitar 44.000 ton per bulan.

Tak seperti penjualan di dalam negeri yang masih cerah, penjualan ekspor KICI pada semester I-2013 justru melorot 7,6% dari semester I-2012 menjadi hanya Rp 13,3 miliar. Hanya saja, Hadi bilang, kenaikan penjualan domestik masih mampu mengompensasi penurunan penjualan ekspor. "Kami lebih fokus ke dalam negeri seiring pasar ekspor lesu," jelasnya.

Selain karena volume yang meningkat, kenaikan kinerja penjualan KICI juga dikontribusi oleh kenaikan harga jual sekitar 4%-5%. Langkah ini dilakukan untuk mengimbangi kenaikan biaya operasional perusahaan, seperti upah buruh dan biaya energi.

Tak hanya itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga berdampak pada kinerja perusahaan. Pasalnya, sekitar 10% dari kebutuhan bahan baku Kedaung Indah masih dimpor. "Misalnya, produk pelapis enamel," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi