JAKARTA. Rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) meningkat. Gross NPL bank milik pemerintah daerah ini naik cukup kentara, dari 1,2% pada 2011 menjadi 2,1% pada akhir 2012. Sementara net NPL meningkat 0,1% menjadi 0,5%. Sektor komersial tercatat sebagai penyumbang NPL tertinggi. Kontribusinya tak tanggung-tanggung mencapai 7,3%. Nilai dana tertunggak sebesar Rp 464,16 miliar, dari 10 korporat. Salah satunya penyimpangan oleh PT Cipta Inti Parmindo. Sisanya merupakan proyek gagal dan kredit yang disalahgunakan. Bien Subiantoro, Direktur Utama BJB, mengaku kapok menyalurkan kredit ke perusahaan tidak jelas. Ke depan, mereka akan lebih mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menyeleksi nasabah korporat. "Karenanya, pada September 2012, kami membentuk desk risk management review. Kami akan lebih hati-hati menyalurkan kredit. Terutama, bagi perusahaan abal-abal (tidak jelas)," ujarnya, akhir pekan lalu.
Kinerja BJB tertekan kredit sektor komersial
JAKARTA. Rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) meningkat. Gross NPL bank milik pemerintah daerah ini naik cukup kentara, dari 1,2% pada 2011 menjadi 2,1% pada akhir 2012. Sementara net NPL meningkat 0,1% menjadi 0,5%. Sektor komersial tercatat sebagai penyumbang NPL tertinggi. Kontribusinya tak tanggung-tanggung mencapai 7,3%. Nilai dana tertunggak sebesar Rp 464,16 miliar, dari 10 korporat. Salah satunya penyimpangan oleh PT Cipta Inti Parmindo. Sisanya merupakan proyek gagal dan kredit yang disalahgunakan. Bien Subiantoro, Direktur Utama BJB, mengaku kapok menyalurkan kredit ke perusahaan tidak jelas. Ke depan, mereka akan lebih mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menyeleksi nasabah korporat. "Karenanya, pada September 2012, kami membentuk desk risk management review. Kami akan lebih hati-hati menyalurkan kredit. Terutama, bagi perusahaan abal-abal (tidak jelas)," ujarnya, akhir pekan lalu.