KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dikabarkan bakal mengurangi penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Hal itu dinilai dapat memberikan efek positif terhadap prospek kinerja PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS). Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan, prospek BRIS di akhir 2024 terlihat positif. Hal itu didukung oleh peluang pertumbuhan kredit syariah seiring meningkatnya likuiditas akibat berkurangnya penerbitan SRBI. Selain itu, fokus BRIS pada ekosistem halal dan pembiayaan UMKM memberikan keunggulan kompetitif di pasar syariah. Menurutnya, dengan fundamental keuangan yang solid dan strategi bisnis yang terarah, BRIS berpotensi untuk mencatat pertumbuhan aset dan laba bersih yang tetap stabil.
Baca Juga: Askrindo Syariah dan BRI Jalin Kerja Sama Kontra Bank Garansi "Terlebih lagi dengan sentimen seperti pelonggaran suku bunga menjadi salah satu katalis yang positif bagi sektor pembiayaan," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (18/11). Di sisi lain, Khaer tak menampik bahwa penyaluran kredit BRIS ke UMKM juga akan menghadapi tantangan. Sebab, masih adanya risiko kredit macet yang tinggi berdampak pada melambatnya aliran kredit ke sektor tersebut. Hal ini tercermin dari data rasio
Non Performing Loan (NPL) UMKM per September 2024 yang tercatat di level 4%. Ini lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya di level 3,88%. "BRIS memiliki eksposur signifikan terhadap segmen UMKM sehingga risiko tersebut dapat menghambat pertumbuhan pembiayaan," sebutnya.
Baca Juga: BSI Luncurkan Super App Byond dengan Sistem Keamanan Berlapis Meski demikian, BRIS memiliki mekanisme berbasis syariah seperti akad murabahah dan musyarakah yang lebih fleksibel dibandingkan pembiayaan konvensional. Hal itu dinilai mampu memitigasi sebagian risiko macet. "Secara keseluruhan, berkurangnya penerbitan SRBI dapat memberi dampak positif bagi likuiditas BRIS, namun risiko kredit pada UMKM perlu dikelola dengan hati-hati agar tidak membebani kualitas aset dan profitabilitas bank," tegasnya. Di sisi lain, prospek BRIS juga didorong strategi diversifikasi produk seperti
gold financing, bancassurance, dan hajj
saving. Ketiga produk tersebut diharapkan mendorong pendapatan operasional dan
fee-based income, sekaligus memperkuat dana pihak ketiga (DPK). Khaer menyebutkan,
gold financing menawarkan pertumbuhan profitabilitas yang stabil dengan margin rendah dan risiko minimal. Lalu, bancassurance dapat meningkatkan
fee-based income dan memperkuat hubungan dengan nasabah melalui diversifikasi produk.
Baca Juga: BSI Kini Punya Super App Byond, Ini 5 Perbedaannya dengan BSI Mobile "Di sisi lain, hajj saving menjadi daya tarik utama di pasar Indonesia, berpotensi memperluas basis nasabah dan meningkatkan likuiditas melalui dana pihak ketiga berbasis syariah," katanya. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus melanjutkan, yang dilakukan BRIS akan meningkatkan akselerasi kinerja perseroan di masa yang akan datang lantaran transformasi digital menjadi salah satu hal mutlak yang harus dilakukan. Secara umum, Nico menilai yang telah dilakukan BRIS sudah sangat baik. Bahkan, lanjutnya, BRIS terus bertumbuh dengan kehadiran diversifikasi dari produk yang mereka miliki untuk meningkatkan layanan syariah bagi para nasabah, termasuk dari BSI Gadai emas dan Payment point.
Baca Juga: Bisnis Agen Laku Pandai Perbankan Terus Tumbuh "Namun yang paling terpenting bagi kami adalah kehadiran super app yang memang merupakan salah satu yang paling ditunggu, untuk dapat mengakselerasi penetrasi pasar syariah di Indonesia melalui saluran digital," sebutnya.
Dus, Nico merekomendasikan buy BRIS dengan target harga Rp 3.500. Sementara Khaer merekomendasikan
trading buy dengan target harga Rp 3.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli