Kinerja Budi Starch belum manis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Budi Starch & Sweetener tidak semanis namanya. Hal tersebut lantaran terjadi penurunan kinerja di kuartal I-2018.

Sudarmo Tasmin, Wakil Presiden Direktur PT Budi Starch & Sweetener Tbk, menyatakan penurunan terjadi karena panen singkong yang menjadi bahan utama, berkurang. Namun, ia menyatakan, secara pembelian tidak banyak turun karena menggunakan sisa stok tahun lalu.

Menilik laporan keuangannya, pendapatan usaha emiten berkode saham BUDI di Bursa Efek Indonesia itu turun 7% menjadi Rp 597,55 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 642,93 miliar. Sementara laba bersih turun 63% menjadi Rp 5,26 miliar dari sekitar Rp 14,37 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.


Volume panen turun, tapi pendapatan tidak terlalu melorot karena terbantu oleh harga jual. "Harga meningkat tinggi sekali. Kenaikan saat ini sekitar Rp 8.000," ujarnya, Kamis (24/5).

Perusahaan ini mengestimasikan, pendapatan tumbuh 5% diharapkan dari harga jual, sedangkan untuk volume pasti turun. "Estimasi penjualan bisa tumbuh 5%," tuturnya.

Dari sisi penjualan, tapioka masih menjadi kontributor terbesar. Tapioka berkontribusi sebesar 73%, dan sweetener 22%.

Penurunan panen singkong berimbas pada volume tapioka yang diperkirakan turun sampai 15%. Sampai kuartal I-2018 penjualan tapioka 80.000 ton, sweetener 31.000 ton. "Kami genjot lagi di semester kedua," tuturnya.

Ia bilang, selain strategi menggenjot penjualan melalui kenaikan harga jual, pihaknya melakukan efisiensi "Efisiensi segala lini, dari biaya penjualan, upah, biaya produksi, overhead dan lain-lain supaya tidak turun," jelasnya.

Strategi lain adalah ke Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk mencari penghasil singkong. Dari sisi komponen yang paling banyak mendongkrak beban produksi perusahaan ini adalah bahan baku yang mencapai 80% sampai 85%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati