Kinerja Bukalapak (BUKA) Diprediksi Membaik di 2023, Simak Rekomendasi Analis Berikut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) diprediksi akan semakin membaik pada tahun 2023. Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengatakan, hal ini terlihat dari tren monetisasi yang positif.

Menurutnya, tren monetisasi yang baik ini akan tetap menopang kinerja BUKA ke depannya. "Akan tetapi, masih ada faktor penghambat berupa suku bunga yang lanjut naik dan sensitif terhadap saham sektor teknologi," ucap Paulus saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (2/1).

Dalam riset tanggal 1 November 2022, Analis Samuel Sekuritas Muhammad Farras Farhan memprediksi, profitabilitas BUKA kemungkinan akan datang lebih cepat. Sinyal ini terlihat dari kemampuan BUKA dalam mempertahankan pertumbuhan positif Total Processing Value (TPV) dan pendapatan pada kuartal III-2022, meski pengeluaran promosi menurun.


Baca Juga: Ini Alasan RHB Sekuritas Luncurkan Waran Terstruktur Bukalapak (BUKA)

Pada periode tersebut, TPV BUKA tercatat meningkat 32% secara tahunan menjadi Rp 41 triliun dengan pendapatan yang melesat 86% secara tahunan menjadi Rp 898 miliar. Sementara itu, biaya sales & marketing (S&M) BUKA turun 37% secara tahunan menjadi Rp 819 miliar.

BUKA juga berhasil membukukan margin kontribusi positif (laba kotor-biaya S&M) sebesar Rp 31 miliar di kuartal III-2022, dari minus Rp 41 miliar pada kuartal III-2021. 

"Hal ini menunjukkan upaya perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan komitmennya untuk mencapai profitabilitas lebih cepat," kata Farras.

Farras mempertahakan proyeksi bahwa BUKA akan membukukan laba bersih (disesuaikan) pada tahun 2025. Selain itu, ia meyakini bahwa bisnis Mitra BUKA memiliki sinergi positif dengan inisiatif specialty store-nya yang tercermin dari pertumbuhan pesat bisnis Mitra.

Pada kuartal III-2022, TPV dari bisnis Mitra meningkat 23% secara tahunan menjadi Rp 19,7 triliun dengan pendapatan bisnis Mitra melonjak 131% secara tahunan menjadi Rp 477 miliar. Jumlah tersebut mengimplikasikan take rate bisnis Mitra sebesar 2,42% (naik 113 bps) dan take rate keseluruhan BUKA sebesar 2,17% (naik 62 bps).

Sejauh ini, BUKA tidak memiliki rencana untuk memulai inisiatif baru dan akan fokus pada bisnis yang ada sembari meningkatkan yield dari surat berharganya.  Melihat kondisi tersebut, Farras menaikkan proyeksi TPV BUKA di 2022 menjadi Rp 171 triliun dengan proyeksi pendapatan Rp 3,4 triliun.

Kemudian, untuk tahun 2023, TPV diprediksi dapat mencapai Rp 240 triliun dengan proyeksi pendapatan sebesar Rp 5,1 triliun. Proyeksi ini mempertimbangkan peningkatan take rate BUKA dan skalabilitas yang tinggi.

BUKA juga masih memiliki cash yang cukup banyak, yakni sebesar Rp 17,1 triliun per September 2022. Jumlah ini memberikan runway di atas lima tahun dengan asumsi burn rate tidak berubah sehingga BUKA belum perlu untuk mencari pendanaan lainnya.

Kemudian, dalam riset tanggal 8 Desember 2022, tim riset RHB Sekuritas melihat, BUKA akan berfokus pada traffic online ke offline (O2O) yang hemat biaya, specialty platform dengan margin tinggi dan tidak terlalu kompetitif, serta meningkatkan margin kontribusi (CM) terhadap TPV.

Take rate dan margin yang lebih tinggi serta specialty platform yang tidak terlalu kompetitif dapat meningkatkan CM setelah sales & marketing menjadi 0,26% pada 2023. EBITDA (disesuaikan) BUKA diharapkan dapat meningkat secara bertahap dan berubah menjadi positif pada tahun 2025.

Pertumbuhan yang kuat dari pengguna aktif Mitra sebesar 5,2 juta per kuartal III-2022 (dari 4,6 juta pada tahun 2021) akan mendukung pertumbuhan EBITDA yang disesuaikan. Oleh karena itu, RHB Sekuritas memperkirakan kenaikan take rate secara bertahap akan diterapkan untuk menarik lebih banyak pengguna aktif dan mempertahankan pertumbuhan TPV.

Baca Juga: Saham Sektor Teknologi Berpeluang Naik Lagi, Cek Kriteria Perusahaan yang Menarik

"Estimasi kami atas margin EBITDA untuk 2022-2025 yang telah disesuaikan adalah -40,12%, -18,48%, -6,28%, dan 0,15%," ucap tim analis RHB Sekuritas.

Tim analis RHB Sekuritas merekomendasikan buy BUKA dengan target harga Rp 355 per saham. Risiko investasi berasal dari peningkatan EBITDA (disesuaikan) yang lebih lama dari perkiraan, kompetisi yang semakin ketat, dan potensi tekanan jual dari pemegang saham yang masuk sebelum IPO.

Farras juga merekomendasikan buy BUKA dengan target harga Rp 400 per saham. Target harga tersebut menyiratkan EV/Sales 2023 sebesar 6,5x (40% lebih rendah dari kompetitor global dan regionalnya serta 10% lebih rendah dari Shopify sebagai kompetitor terdekatnya).

Sementara itu, Paulus memberikan rekomendasi wait and see untuk saham BUKA hingga kuartal pertama tahun ini. Ia masih akan memantau perkembangan makroekonomi dan sentimen penggerak pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi