KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Target saham PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) dikerek turun oleh sejumlah analis. Hal ini menyusul kinerja yang kurang memuaskan dan kenaikan biaya operasional perseroan. Pada kuartal I 2023, PTBA mencetak pendapatan sebesar Rp 9,95 triliun atau tumbuh 21,35% secara tahunan (YoY) dari Rp 8,20 triliun. Sementara laba bersih anjlok 48,44% YoY menjadi Rp 1,18 triliun. Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan dan Jennifer A. Harjono memaparkan bahwa margin kuartal I PTBA tertekan akibat kenaikan sejumlah biaya.
Biaya jasa pertambangan PTBA naik 41% secara tahunan (YoY), biaya jasa kereta api batubara 60% YoY, dan biaya royalti 118% YoY.
Baca Juga: Kinerja PTBA Diprediksi Turun, Intip Rekomendasi Sahamnya Berdasarkan kenaikan biaya operasional tersebut, Mirae Asset merevisi turun proyeksi laba bersih PTBA sebesar 59% menjadi Rp 7,02 triliun. Ini memperhitungkan pelemahan rata-rata harga jual (ASP) dan volume penjualan yang lebih rendah akibat keterlambatan transportasi yang disebabkan oleh anjloknya kereta api di lokasi pasokan PTBA. "Selain itu, kami juga menyesuaikan perubahan signifikan pada beban pokok pendapatan yang kami perkirakan akan tetap tinggi, namun sedikit melunak dalam beberapa kuartal ke depan," tulisnya dalam riset, Senin (8/5). Analis Maybank Sekuritas Indonesia Richard Suherman juga memperkirakan tekanan kinerja masih akan berlanjut sepanjang tahun ini. Pertimbangannya juga dari biaya kereta api dan biaya penambangan yang lebih tinggi dan ASP yang lebih rendah atau turun 6% karena pihaknya merevisi asumsi harga batubara Newcastle menjadi US$ 180 per ton dari US$250 per ton. "Setelah revisi, kami melihat laba bersih PTBA turun 51% YoY menjadi Rp 6,2 triliun dengan marjin laba kotor merosot menjadi 26,7% dibandingkan tahun lalu di 42,1%," terangnya. Dari pendapatan, analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan dan Stany Pandunata melihat masih akan terjaga, meskipun akan mengalami koreksi.
Menurutnya, harga batubara dapat meningkat di semester II 2023 didorong oleh permintaan yang lebih kuat dari China dan India.
Baca Juga: Harga Saham PTBA Kembali Rebound "Dua negara berkembang terbesar ini akan menyumbang setengah dari pertumbuhan global tahun ini," katanya. Ia pun memperkirakan pendapatan PTBA masih terjaga di level Rp 40,87 triliun atau turun 4,15% YoY. Sementara laba bersih turun ke Rp 7,85 triliun dengan asumsi kenaikan biaya jasa kereta api dari US$ 13 per ton menjadi US$ 16 per ton, serta pengupasan di 6,3 kali.
Guna menjaga kinerja sepanjang tahun ini, diharapkan PTBA akan tetap mempertahankan strategi bauran penjualan awal dengan rasio domestik dan ekspor sebesar 9:1, yang dapat memanfaatkan skema royalti BLU/MIP. Jika diimplementasikan, skema ini diharapkan dapat menghapuskan skema DMO. Sebagai perusahaan dengan eksposur paling besar lantaran menjadi salah satu pemasok batubara terbesar untuk perusahaan listrik negara, PTBA berpotensi mendapatkan keuntungan dari kemungkinan harga jual yang lebih tinggi. Sucor Sekuritas mempertahankan rating
buy PTBA dengan target harga lebih rendah menjadi Rp 3.900. Sementara Mirae Sekuritas menurunkan rating PTBA menjadi
hold dengan target harga Rp 3.175. Kemudian, Maybank Sekuritas juga menurunkan ratingnya menjadi
hold dengan target harga Rp 3.200. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto