Kinerja BUMN Karya Lesu, Emiten Konstruksi Swasta Bisa Terdampak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya saat ini masih lesu. Selain karena bisnis konstruksi yang lesu selama pandemi, emiten BUMN Karya pun tengah dibayangi restrukturisasi utang.

Kinerja emiten konstruksi milik swasta pun berpotensi tertekan di tengah industri konstruksi yang belum pulih sepenuhnya.

Salah satu BUMN Karya, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) masih disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga hari ini akibat proses restrukturisasi utang yang masih berlangsung. Sementara, PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) sahamnya masih mentok di Rp 50 sejak suspensi dibuka BEI pada bulan Februari lalu.


Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta mengatakan, efek lesunya kinerja BUMN Karya akan sejalan dengan kinerja emiten konstruksi swasta di tahun 2023. Sebab, emiten konstruksi swasta juga banyak yang terlibat dalam beberapa proyek strategis nasional pembangunan infrastruktur nasional.

“Emiten konstruksi swasta banyak membantu proyek strategis nasional sesuai dengan spesialisasi masing-masing emiten. Hal itu dikhawatirkan juga mengganggu progres pembangunan infrastruktur nasional,” ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (7/6).

Baca Juga: Investor Harus Lebih Cermat Memilih Emiten yang Tidak Bagikan Dividen

Sebagai gambaran, sejumlah emiten konstruksi swasta masih mencatatkan kinerja lesu pada kuartal I 2023. PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 652,19 miliar pada kuartal I 2023. Angka itu naik 3,55 persen dari raihan tahun lalu di periode yang sama, yaitu sebesar Rp629,8 miliar.

NRCA mencatatkan penurunan tipis laba periode berjalan di kuartal I 2023 ke Rp 28,83 miliar dari Rp 32,94 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 360,35 miliar pada kuartal I 2023. Nilai itu tumbuh 24,21% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 290,11 miliar.

Namun, ACST mencatat rugi bersih sebesar Rp 29,86 miliar. Nilai itu naik 19,36% dari kuartal I 2022 yang sebesar Rp 25,01 miliar.

Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat Lagi Besok, Kamis (8/6)

Menurut Nafan, kinerja emiten konstruksi swasta akan membaik di tahun ini jika mereka berhasil mendapatkan dan mengerjakan kontrak proyek strategis.

“Peningkatan proyek kontrak baru emiten swasta akan meningkatkan pendapatan dan laba mereka,” ungkap dia.

Sebagai informasi, NRCA menargetkan perolehan kontrak baru sebesar Rp 2,2 triliun di tahun 2023. Hingga bulan Mei 2023, NRCA mencatatkan pencapaian kontrak baru sebesar Rp 1,26 triliun.

Nafan merekomendasikan hold untuk NRCA dengan target harga Rp 370 per saham. Sementara, Nafan belum merekomendasikan ACST, tetapi target harga berada di rentang Rp 125-Rp 135 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati