Kinerja buruk, saham BUMI bisa anjlok ke Rp 310



JAKARTA. Pengumuman kinerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI) per 9 bulan di tahun lalu sangat mengecewakan dan cukup memprihatinkan. BUMI harus menderita kerugian hingga US$ 632,49 juta. Jumlah tersebut setara dengan Rp 6 triliun.Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya, BUMI berhasil mencetak laba sebesar US$ 175,55 juta.Anehnya, saham BUMI pada penutupan perdagangan pertama tahun ini justru melonjak 30 poin atau 5,08% ke level Rp 620 per saham. Menanggapi hal ini, Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang menganggap wajar atas pergerakan yang terjadi pada saham milik grup Bakrie tersebut.Pasalnya, sebagian besar investor memiliki ekspektasi positif terhadap seluruh pergerakan saham di awal tahun pembukaan perdagangan. "Apalagi, laporan keuangan BUMI baru dikeluarkan menjelang akhir penutupan perdagangan," kata Edwin kepada KONTAN, Kamis (3/1).Dengan begitu, diungkapkan Edwin, kinerja keuangan BUMI belum bisa langsung terespon pada saat itu juga.Keadaan keuangan BUMI yang memprihatinkan, semakin memangkas target harga saham BUMI di sepanjang tahun ini. Edwin memangkas target saham BUMI menjadi Rp 310 per saham dari sebelumnya Rp 590 per saham."Tapi target tersebut tentunya masih bisa direvisi mengikuti laporan keuangan tiap kuartalan," tambah Edwin.Selain itu, saham BUMI juga masih akan mengikuti pergerakan nilai tukar rupiah. Menurut Edwin, jika nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus anjlok, maka saham BUMI juga akan ikut terkena imbasnya. Edwin juga menggarisbawahi skema penyelesaian utang BUMI. Dalam hal ini, sebagian investor pasti akan menunggu kepastian rencana pelepasan aset untung pelunasan utang jika tidak bisa memperpanjang jatuh tempo utang-utang BUMI.Secara keseluruhan, dengan melihat Debt to Equity (DER) BUMI yang mencapai 14 kali dan kas yang minim, ditambah ketidakpastian penyelesaian utang, Edwin yakin kondisi tersebut akan sangat membahayakan bagi kegiatan operasional BUMI."Bahkan DER BUMI menjadi pertama kali ada dalam sejarah. Jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan DER PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) saat terkena suspensi," tambah Edwin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie