Kinerja BWPT bakal ditopang harga dan hasil panen



JAKARTA. Manajemen PT BW Plantation Tbk (BWPT) mengharapkan produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan tandan buah segar (TBS) tumbuh 10%-12% sepanjang tahun ini.

Selama 2010, BWPT memproduksi TBS sebanyak 397.528 ton, naik 8% dari realisasi 2009. Adapun produksi CPO di 2010 sebanyak 91.255 ton atau turun tipis 0,1% dari produksi 2009.

Pengelola BWPT menjelaskan, penyebab penurunan produksi adalah karena BWPT tidak membeli lagi TBS dari pihak ketiga. Sebagai perbandingan, di tahun 2009, BWPT membeli TBS dari pihak ketiga sebanyak 33.000 ton.


Untuk mengejar target tahun ini, BWPT mengandalkan tambahan produksi dari tanaman yang baru memasuki usia matang. Manajemen memperkirakan, luas lahan yang menghasilkan di 2011 akan bertambah 4.600 hektare (ha).

Per Desember 2010, tanaman sawit BWPT yang telah berusia matang dan menghasilkan seluas 15.270 ha. Jadi, total luas kebun produktif tahun ini mencapai 19.870 ha. Jumlah ini setara 38,17% dari total luas lahan tertanam BWPT di akhir tahun lalu.

Lebih efisien

Analis Syailendra Capital, Lanang Trihardian menduga, target produksi CPO BWPT tahun ini bisa tercapai. Alasan dia, sebagian tanaman yang belum menghasilkan di 2010, memasuki usia matang di 2011. Selain itu, “Cuaca tahun ini lebih baik dari,” ujar Lanang, Selasa (29/3).

Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Wilim Hadiwijaya, dalam risetnya menghitung, pertumbuhan produksi BWPT tahun ini setinggi 10,7%. Menurut dia, jumlah tanaman berusia matang semakin bertambah. Mengutip situs resminya, BWPT telah menanam sejak 1997. Per akhir Desember 2010, tumbuhan yang sudah menghasilkan adalah yang ditanam antara tahun 1997 hingga 2006.

Meski produksi BWPT berpotensi naik, jumlahnya masih terbilang kecil dibanding produksi emiten CPO lainnya. Ambil contoh PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang bisa menghasilkan 1,11 juta ton sepanjang tahun lalu.

Maklumlah, selisih luas lahan produktif BWPT dan AALI cukup lebar. Tahun lalu, lahan tertanam AALI seluas 266.000 ha dan luas kebun yang sudah menghasilkan sekitar 77,7% atau 207.011 ha.

Namun analis sepakat BWPT lebih efesien karena jumlah kebun plasma BWPT kecil. Per Desember 2010, kebun plasma BWPT hanya 7%, sedang kebun inti (nucleus), atau kebun yang dikelola langsung perusahaan mencapai 93%. Dengan porsi semacam itu, margin perusahan ini akan lebih besar.

Lanang memproyeksikan, tahun ini, pendapatan BWPT akan naik 20% jadi Rp 854,60 miliar. Laba bersihnya juga diperkirakan Rp 300 miliar, naik 23,16% dari laba bersih 2010. “Peningkatan kinerja turut ditopang kenaikan harga rata-rata CPO BWPT sebesar 14,81% tahun ini,” prediksi Lanang. Tahun lalu, harga jual rata-rata CPO BWPT adalah sebesar Rp 7,2 juta per ton.

Lanang dan Wilim merekomendasikan beli BWPT, dengan target harga masing-masing Rp 1.450 an Rp 1.670 per saham. Analis Kresna Securities, Gemilang Lim menyarankan beli dengan target Rp 2.025 per saham. Harga saham BWPT, Selasa (29/3), naik 0,87% menjadi Rp 1.160 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini