KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Champion Pacific Indonesia Tbk (
IGAR) turun di semester I-2023. Hal ini tercermin dari menurunnya pos laba bersih dan pendapatan sepanjang enam bulan pertama 2023 Emiten produsen plastik ini mengemas laba bersih senilai Rp 22,25 miliar sepanjang semester I-2023, menurun 40,89% dari laba di periode semester I-2022 yang mencapai Rp 37,65 miliar. Turunnya laba bersih sejalan dengan penurunan pendapatan, di mana pendapatan IGAR pada semester I-2023 sebesar Rp 458,24 miliar, menurun 14,82% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 538,02 miliar.
Direktur Utama Champion Pacific Indonesia Antonius Muhartoyo mengatakan, ada sejumlah faktor yang membuat kinerja IGAR menurun. Pertama, bisnis farmasi yang surut dan cenderung kembali seperti kondisi tahun 2018.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih Champion Pacific (IGAR) Kompak Terkoreksi pada Semester I “Sekarang ini stok bahan baku dan bahan jadi di produsen obat masih melimpah, sehingga porsi (pasar kemasan di sektor ini) sedikit,” kata Antonius kepada Kontan.co.id, Senin (14/8). Memang, pendapatan IGAR yang berasal dari penjualan kemasan industri farmasi mengalami penurunan. Padahal, pendapatan dari sektor ini menjadi kontributor terbesar, yakni senilai Rp 399,26 miliar atau 87% dari pendapatan IGAR. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pendapatan dari segmen farmasi menurun 15,31%, di mana pada semester I-2022, pendapatan dari segmen ini mencapai Rp 471,45 miliar. Kemudian, IGAR juga mengantongi pendapatan dari kemasan non farmasi senilai Rp 58,98 miliar, menurun 11,38% dari pendapatan non farmasi pada periode yang sama tahun lalu yakni Rp 66,56 miliar. Kedua, selain melemahnya permintaan dari farmasi, Antonius menilai perang Rusia dan Ukraina menyebabkan ada kepanikan di dunia industri kemasan, yang menyebabkan adanya kekhawatiran terkait pasokan bahan baku dan bahan jadi. Dus, berkaca pada kinerja semester pertama 2023, Antonius pesimistis target kinerja tahun 2023 akan tercapai. Sebelumnya, manajemen IGAR mengincar pertumbuhan pendapatan usaha dan laba bersih sebesar 6% pada 2023.
Meski demikian, IGAR terus mendorong dan meningkatkan produk pangsa non farmasi pada sisa tahun ini. Di sisi lain, dia juga meyakini prospek industri farmasi masih akan positif ke depan. “Kelihatannya sesudah bulan Agustus ini bisnis farmasi akan mulai bergerak naik,” sambung dia. Adapun sepanjang enam bulan pertama 2023, IGAR berhasil menekan sejumlah beban. Misalkan, beban pokok penjualan yang menurun 12,48% menjadi Rp 393,37 miliar dari sebelumnya Rp 449,50 miliar. Beban penjualan juga menurun 4,76% menjadi Rp 8,16 miliar menjadi Rp 8,56 miliar. Beban umum dan administrasi turun 6,74% menjadi Rp 16,77 miliar. Sementara itu, beban lainnya naik menjadi Rp 3,68 miliar dari sebelumnya hanya Rp 4,40 juta. Kenaikan ini akibat adanya kerugian kurs mata uang asing senilai Rp 3,68 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari