Kinerja Chandra Asri mengekor harga minyak



KONTAN.CO.ID - Sebagai emiten produsen bahan petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk bakal sangat memperhatikan kinerja harga minyak dunia. Pasalnya, perusahaan masih berkutat dengan impor minyak sebagai bahan baku naftan yang menguras hingga 67% beban pokok penjualan.

Arandi Ariantara analis Samuel Sekuritas menjelaskan emiten berkode TPIA ini tengah mendominasi market share sebesar 30% disebabkan oleh kondisi pasar Indonesia masih bergantung pada perdagangan impor untuk memenuhi pasokan produk turunan minyak.

"Bila harga minyak naik, maka harga naftan akan mengikuti," jelas Arandi saat dihubungi KONTAN.co.id, Kamis (28/9).


Dengan begitu margin emiten bakal tergerus. Ia menjelaskan bila harga minyak dapat stabil di kisaran saat ini di level US$ 50-an, maka emiten dapat menghela nafas.

Menurutnya laba bersih emiten pada tahun ini berpotensi naik turun 25% setiap terjadi perubahan harga minyak sebanyak US$ 5 per barel.

Bila harga minyak melanjutkan tren penurunan, maka dapat memacu kinerja dan prospek perseroan. Dengan harga minyak berada di kisaran US$ 55-58 per barel pada tahun ini dan tahun depan, Ariandi mengestimasi harga nafta bakal berada di level US$ 500-527 per metrik ton.

Dari segi pasokan, TPIA akan terus aman. Karena emiten memiliki hubungan erat kerja sama dengan pemasok nafta seperti Vitol yang memasok nafta emiten hingga 34,8%, Marubeni sebanyak 27,2%, SCG Chemicals Co sebesar 9,4% dan Chevron USA 9%. Ariandi meyakini hal ini memberikan kepastian pasokan emiten untuk keberlangsungan produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto