KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sejumlah emiten komponen otomotif melaju sejalan dengan terdongkraknya kinerja keuangan hingga kuartal ketiga 2022. Pendapatan PT Astra Otoparts Tbk (
AUTO) naik 22,19% secara tahunan hingga kuartal ketiga 2022 menjadi Rp 13,49 triliun. Laba bersih AUTO melesat 86,29% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 831,69 miliar. Saham AUTO melesat di jalur hijau, dengan kenaikan 33,33% secara
year to date (YtD). Pada perdagangan Selasa (22/11) ini, AUTO ditutup menguat 0,33% ke harga Rp 1.540.
Selanjutnya ada PT Dharma Polimetal Tbk (
DRMA) yang meraup penjualan Rp 2,65 triliun dan laba bersih Rp 249,94 miliar, naik 28% dan 70,10% secara tahunan. Selasa (22/11), harga saham DRMA melesat 3,08% ke harga Rp 670, mengakumulasi penguatan 31,37% secara YtD. Baca Juga:
Prospek Emiten Konstruksi dan Jalan Tol dari Samuel Sekuritas PT Selamat Sempurna Tbk (
SMSM) juga berhasil mendongkrak penjualan dan laba bersihnya, masing-masing 20,52% dan 29,91% secara YoY. Saham SMSM naik 12,13% sejak awal tahun 2022, dan kemarin ditutup naik 0,33% ke harga Rp 1.525. Berbeda cerita dengan PT Indospring Tbk (
INDS), yang harga sahamnya turun 16,32% secara YtD dan kemarin melemah 2,44% ke harga Rp 2.000. Secara kinerja per kuartal ketiga 2022, penjualan INDS naik 23,25% namun laba bersihnya merosot 11,03%. Duo emiten ban PT Goodyear Indonesia Tbk (
GDYR) dan PT Gajah Tunggal Tbk (
GJTL) punya nasib yang mirip. Meski penjualan bersih terdongkrak naik, tapi keduanya berbalik dari membukukan laba menjadi rugi per kuartal ketiga 2022. Sejak awal tahun 2022, saham GDYR turun tipis 1,12%, dan kemarin merosot 1,85% ke Rp 1.325. Sedangkan GJTL turun lebih dalam, melemah 9,77% secara YtD dan posisi penutupan kemarin tidak bergerak di level Rp 600.
Baca Juga: Emiten Transportasi dan Logistik Terus Melaju, Simak Prospeknya di 2023 Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian, melihat harga saham komponen otomotif sudah
priced in dengan ekspektasi pasar terhadap kinerja emiten. Adapun lonjakan
top line alias pendapatan emiten terdorong pertumbuhan ekonomi seiring pulihnya mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi. Sedangkan kerugian atau penurunan
bottom line atau laba bersih pada sejumlah emiten terjadi akibat lonjakan beban, rugi dari sisi operasi, serta rugi atas selisih kurs. Sejalan dengan tren pelemahan rupiah sejak awal tahun yang hampir menyentuh level 10%. "Pelaku pasar sudah selektif dengan memilih emiten yang mempunyai kinerja solid. Kondisi ini sudah tercermin dari kenaikan harga sahamnya," ujar Fajar kepada Kontan.co.id, Selasa (22/11).
Baca Juga: Unilever Indonesia (UNVR) Bagikan Dividen Rp 2,63 Triliun, Menarik Ditadah? Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo memandang sejauh ini bisnis komponen otomotif masih relatif stabil. Namun, ada sejumlah sentimen yang perlu dicermati terkait industri otomotif. Terutama efek inflasi dan kenaikan suku bunga. William memprediksi, pelaku pasar juga akan mengukur dampak dinamika makro ekonomi dan tren kenaikan kasus covid-19. "Saya pikir pelaku pasar akan lebih defensif dan tidak terlalu agresif mengingat ancaman resesi yang masih ada di tahun 2023," ujarnya. Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menambahkan, gerak naik saham dengan kapitalisasi pasar jumbo di sub-sektor ini didorong oleh kinerja yang solid. Sedangkan untuk saham berkapitalisasi pasar kecil, lebih terpapar oleh spekulasi trader.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Emiten Ritel dari Samuel Sekuritas Menimbang efek kenaikan kasus Covid dan dinamika makro ekonomi, Cheryl pun menyarankan pelaku pasar untuk
wait and see terlebih dulu. Investor juga bisa mempertimbangkan
sell on strength saham AUTO, SMSM, dan DRMA. Sedangkan William melihat saham AUTO dan DRMA masih menarik dikoleksi. Saham AUTO bisa dibeli dengan mencermati
support Rp 1.385 dan
resistance Rp 1.680. William menyarankan
buy saham DRMA dengan
support di Rp 585 dan
resistance di level Rp 680. Selanjutnya,
speculative buy saham GJTL dengan
support Rp 575 dan
resistance pada area Rp 650.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.030 Selasa (22/11), BBCA, PGAS, ITMG Paling Banyak Net Buy Asing Sementara itu, Fajar memperkirakan saham emiten komponen otomotif masih menarik sebagai pilihan investasi jangka menengah. Dia menyoroti saham AUTO dan SMSM yang secara fundamental menarik dikoleksi. Terlebih, AUTO sedang dalam fase
uptrend sehingga investor bisa mempertimbangkan akumulasi beli. Saran Fajar, cermati
support-resistance saham AUTO pada area Rp 1.455-Rp 1.765. Kemudian, SMSM juga sedang melaju dengan level
support di Rp 1.480 dan
resistance pada area Rp 1.575. "Kedua perusahaan mempunyai neraca keuangan yang cukup solid, rasio profitabilitas tinggi, serta rasio pendanaan yang rendah," tutup Fajar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati