Kinerja dan AUM reksadana syariah offshore Principal AM terjaga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk reksadana syariah offshore milik PT Principal Asset Manegement berhasil menjaga kinerja dan kestabilan jumlah dana kelolaan di tengah ketidakpastian global memberi dampak buruk pada reksadana syariah offshore.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan atawa assets under management (AUM) reksadana syariah offshore secara industri terus menurun. Padahal, di saat uang sama, jumlah produk yang beredar bertambah.

Per akhir Mei 2019, jumlah reksadana syariah offshore tercatat sepuluh produk dengan total AUM Rp 6,5 triliun. Artinya, sepanjang 2019, AUM reksadana syariah offshore berkurang Rp 2,6 triliun.


Made Muliartini, Head of Equity Principal Asset Management mengatakan, AUM reksadana syariah offshore turun karena perdagangan internasional sedang bergejolak. "Seluruh dunia mengalami arus investasi yang sangat volatile, terlebih pada negara-negara yang ikut terlibat dalam rantai perdagangan Amerika-China," kata Made, Senin (24/6).

Sementara, Indonesia walaupun memiliki ketergantungan lebih kecil dari perdagangan internasional, tetapi juga tidak imun dari sentimen tersebut. Alhasil, banyak investor yang melakukan penyesuaian portofolio mereka.

Made mengatakan reksadana yang berinvestasi di aset luar negeri sangat terpengaruh oleh pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan investasi tersebut yang kini melambat akibat perang dagang. Valuasi aset mengalami penyesuaian akibat ekspektasi laba perusahaan yang berubah.

Dana kelolaan produk reksadana syariah offshore di Principal Asset Management relatif tidak secara signifikan. Made menjelaskan bahwa jenis investor pada reksadana syariah offshore mayoritas investor institusi yang tidak terlalu reaktif dan volatil dibandingkan dengan investor ritel.

Dari sisi kinerja, produk reksadana CIMB Principal Islamic Asia Pacific Equity Syariah berhasil tumbuh positif. Sejak awal tahun hingga 20 Juni 2019, kinerja reksadana ini tumbuh 9,3% melebihi ekspektasi pertumbuhan negara-negara di Asia yang menjadi tempat investasi produk ini sebesar 4%.

Made mengatakan saat ini fokus berinvestasi secara berimbang di saham-saham defensif yang memiliki imbal hasil dividen cukup tinggi. Selain itu, Principal Asset Management juga fokus memilih saham dengan potensi pertumbuhan kinerja keuangan yang positif untuk jangka menengah hingga panjang.

Made memperkirakan pertumbuhan laba perusahaan negara-negara di Asia tumbuh 4% di tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati