KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra Agro Lestari Tbk (
AALI) berhasil catatkan kinerja yang solid pada kuartal III-2021. Emiten sawit ini membukukan pendapatan sebesar Rp 7,2 triliun pada kuartal III-2021 sehingga membawa total pendapatan menjadi Rp 18 triliun sepanjang sembilan pertama di tahun ini atau tumbuh 35,2% secara
year on year. Sementara dari sisi
bottom line, AALI catatkan laba bersih Rp 820 miliar pada kuartal III-2021 dan membawa total laba bersih sebesar Rp 1,5 triliun atau naik 152,2% secara yoy. Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya menyebutkan perolehan tersebut di atas ekspektasi Panin Sekuritas maupun konsensus. Hal tersebut seiring kenaikan volume penjualan CPO AALI sebesar 410.000 ton (+18,2%) dan penjualan olein sebesar 118.000 ton (+32,9%).
Padahal, secara produksi, AALI justru mengalami penurunan di kuartal III-2021, di mana produksi FFB sebesar 1,1 juta ton atau turun 1,9% secara kuartalan. Lalu produksi CPO juga turun 6% secara kuartalan menjadi 382 ribu ton, dan kernel menjadi 84 ribu ton atau turun 0,5% secara kuartalan.
Baca Juga: Kerugian menyusut, simak rekomendasi saham Lippo Karawaci (LPKR) “Namun, kenaikan rerata harga CPO global menjadi MYR 4.464 per ton sepanjang kuartal III-2021, berdampak positif terhadap kenaikan ASP menjadi Rp 10.700 per kg pada kuartal III-2021 (1H21: Rp 10.300). Hal ini mampu mengkompensasi penurunan produksi tersebut dan mendorong laba perseroan,” tulis Timothy dalam risetnya pada 3 November. Namun, Timothy menyoroti
replanting AALI yang terhambat di mana pada kuartal III-2021, perseroan mencatatkan penurunan aktivitas
replanting menjadi 526 Ha atau turun 77,4% secara kuartalan. Dus, ini membawa total
replanting sebesar 3.840 Ha di sembilan bulan pertama tahun ini atau 76,8% dari target
replanting 2021 yang sebesar 5.000-6.000 Ha. Menurutnya, turunnya laju
replanting lebih disebabkan oleh terhambatnya transportasi dari pihak ketiga, serta pandemi Covid-19 yang mendisrupsi distribusi logistik di kebun. Patut diketahui, 41,9% dari tanaman inti sudah melewati
prime age (>20 tahun) dengan rerata umur tanaman sudah mencapai 15,5 tahun. Oleh karena itu, ia menyebut
replanting bertahap sangat krusial bagi perseroan agar tingkat produksi dapat terjaga, khususnya melihat
oil extraction rate (OER) perseroan yang telah menunjukkan tren penurunan ke 19,3% pada periode Januari - September (2020: 19,7% dan 2019: 20,2%). Laju kenaikan harga CPO di tahun ini membuat Timothy merevisi naik harga rerata CPO global pada tahun 2021- 2022 menjadi MYR 4.300 dan MYR 4.100 secara berturut-turut, dari sebelumnya di MYR 3.500 dan MYR 4.000. Hal ini didorong oleh meningkatnya harga CPO dari rendahnya produksi di tahun ini.
Baca Juga: Punya outlook positif, simak rekomendasi saham Mitra Keluarga (MIKA) “Selebihnya, meningkatnya penjualan turunan CPO seperti Olein, Stearin dan PFAD yang memiliki nilai jual premium, juga dapat menjadi pendorong pendapatan AALI pada tahun ini,” imbuh Timothy. Oleh karena itu, ia pun ikut merevisi naik pendapatan AALI pada tahun ini dari Rp 20,3 triliun menjadi Rp 23,28 triliun. Ia juga merevisi laba bersih AALI pada 2021 menjadi Rp1,9 triliun dari sebelumnya Rp 1,1 triliun.
Dengan peningkatan pendapatan AALI seiring naiknya volume penjualan dan harga CPO global yang masih dapat menguat hingga akhir tahun ini, TImothy pun merekomendasikan beli saham AALI dengan target harga Rp14.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi