KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Puradelta Lestari Tbk (
DMAS) di tahun 2020 masih terbilang cukup baik, karena berjalan flat atau hampir menyamai catatan keuangan di tahun 2019, pra pandemi. Pada tahun ini, kinerja Puradelta Lestari diprediksi bakal kembali naik. Untuk sepanjang tahun 2021 Analis Danareksa Sekuritas Victor Stefano dalam risetnya yang dirilis pada 1 April 2021 melihat bahwa penjualan lahan industri diperkirakan berada di angka 90 ha dengan ASP berada di angka Rp 2,1 juta per meter persegi. Bila digabungkan dengan lahan perumahan dan komersial, Ia memperkirakan DMAS akan meraup
marketing sales sebesar Rp 1,9 triliun di tahun 2021, atau lebih rendah dari target manajemen sebanyak Rp 2 triliun.
Selain itu, Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian melihat ada beberapa sentimen yang dapat mengerek kinerja DMAS di tahun ini, seperti perbaikan ekonomi dunia secara keseluruhan, karena sebelumnya dilanda pandemi Covid-19, dan UU Ciptaker di Indonesia.
Baca Juga: Puradelta Lestari (DMAS) menggenggam marketing sales Rp 288 miliar di kuartal I 2021 “Di Indonesia, kita sekarang punya Omnibus Law dan UU Ciptaker yang diharapkan bisa meningkatkan gairah investasi dan Ease of Doing Business (EODB) ke Indonesia,” kata Joey kepada Kontan.co.id Selasa (20/4). Sementara itu, Victor dalam risetnya melihat bahwa DMAS memiliki neraca yang kuat, prospek positif untuk sektor kawasan industri, dan valuasi yang menarik.
Dengan penjualan lahan untuk industri yang tinggi di tahun 2019 dan 2020, hingga mencapai 120 ha. Joey merasa tidak akan khawatir dengan cadangan lahan industri DMAS yang mencapai 354 ha pada Desember 2020. Ia melihat DMAS dapat dengan mudah mengubah sebagian cadangan lahannya dari kawasan pemukimannya tanpa belanja modal yang signifikan, karena total cadangan lahan DMAS saat ini mencapai 1.224 ha. “DMAS diharapkan memperoleh izin untuk mengubah sekitar 300 ha lahan perumahan menjadi lahan industri. Meski mengharapkan izin bisa didapat pada kuartal satu 2021, pengembangan untuk konversi akan dilakukan secara bertahap, berdasarkan permintaan,” kata Joey. Dengan pembebasan lahan dilakukan oleh pihak ketiga, DMAS saat ini mengalihkan fokusnya untuk menyediakan sekitar 25-30 hektar lahan untuk penambahan interchange dan akses eksklusif dari tol Jakarta Selatan-Cikampek II. Saat ini, DMAS sudah mengakuisisi sekitar 18 ha lahan, interchange baru ini nantinya akan menyediakan akses langsung ke area selatan Kota Deltamas. Analis Maybank Kim Eng Aurellia Setiabudi dan Isnaputra Iskandar dalam risetnya yang dirilis pada 10 Maret 2021, mengatakan bahwa DMAS saat ini masih akan menarik pembeli potensial karena lahan yang sudah mapan dengan konektivitas pelabuhan dan jalan tol yang terbaik di Indonesia. DMAS juga dinilai sangat menghargai para pemegang sahamnya, karena rasio pembayaran dividen yang 100%, dan saat ini beroperasi tanpa hutang. Mereka menilai dengan dividen 9% di tahun ini dapat memberikan dukungan pada harga saham DMAS. Selain sentimen dan kinerja yang diharapkan positif di tahun ini, Joey juga menilai bahwa sentimen pandemi Covid-19 masih dapat menjadi sentimen yang negatif bagi kinerja DMAS saat ini. Joey merekomendasikan DMAS untuk beli dengan target harga di Rp 340 per saham. Victor merekomendasikan DMAS untuk beli dengan target harga Rp 250 per saham. Aurellia dan Isnaputra merekomendasikan beli dengan target harga Rp 270 per saham.
Baca Juga: Puradelta Lestari (DMAS) membukukan laba bersih Rp 1,35 triliun sepanjang 2020 Asal tahu saja, pada tahun 2021, DMAS menargetkan marketing sales secara konservatif dengan Rp 2 triliun atau turun 19% secara tahunan (yoy). Hingga bulan februari 2021, DMAS dilaporkan masih banyak menerima permintaan lahan sebanyak 90-100 ha. Sekitar 50 ha permintaan datang dari sektor yang berkaitan dengan otomotif, 30 ha dari data center, 10 ha dari sektor lainnya, dan 10 ha berasal dari permintaan terdahulu lainnya. Di tengah pandemi melanda, DMAS membukukan laba bersih sepanjang 2020 sebanyak Rp 1,3 triliun atau naik sebanyak 1% secara year on year (yoy). Untuk pendapatan, DMAS mencatatkan pendapatan sebanyak Rp 2,6 triliun atau hanya turun 0,79% secara yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi