Kinerja ekspor CPO terancam embargo terhadap Iran



JAKARTA. Penghentian ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia ke Iran oleh perusahaan perdagangan CPO di Singapura, dikhawatirkan bisa mempengaruhi kinerja ekspor CPO Indonesia.

"Meskipun ekspor CPO Indonesia ke Iran relatif kecil, namun hal itu bisa berdampak pada kinerja ekspor CPO," kata Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Jumat (10/2).

Meski tidak mengetahui volume ekspor CPO Indonesia ke Iran tahun 2011, namun Fadhil bilang, tahun 2010 lalu ekspor langsung CPO Indonesia ke Iran mencapai 41.000 ton. "Namun banyak juga yang diekspor CPO Indonesia ke Iran lewat negara ketiga seperti Singapura," terang Fadhil.


Guna mengantisipasi permasalahan itu, Fadhil berharap pada peningkatan ekspor CPO ke negara lainnya seperti China dan juga India.

Menteri Perdagangan, Gita Wiryawan tidak terlalu khawatir dengan terhentinya ekspor CPO ke Iran tersebut. Namun begitu, ia mengkhawatirkan dampak jangka panjangnya. "Saat ini damapaknya belum terlihat, tetapi untuk jangka panjang akan kami lihat," kata Gita.

Penghentian ekspor CPO ke Iran terjadi karena pengusaha CPO di Singapura khawatir tidak bisa melakukan transaksi dari pembelinya di Iran, pasca pemberlakuan embargo kebijakan keuangan oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Eksportir CPO di Singapura khawatir, pembeli CPO di Iran tidak bisa melakukan transaksi letter of credit.

Menurut eksportir CPO di Singapura, Indonesia mengekspor sekitar 50.000 ton CPO per bulan ke Iran. Jika satu ton CPO tersebut dihargai US$ 1.000 per ton, maka dalam sebulan Indonesia berpotensi merugi US$ 50 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri