KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri mebel nasional diperkirakan segera membaik pada sisa 2024. Hal ini dipicu oleh penurunan suku bunga acuan The Fed yang dapat mendorong permintaan ekspor produk mebel dan kerajinan asal Indonesia. Kinerja ekspor mebel dan kerajinan nasional memang cenderung lesu belakangan ini. Berdasarkan data Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki). ekspor produk tersebut pada Januari-Juni 2024 mengalami penurunan 5,70%
year on year (yoy) menjadi US$ 1,26 miliar. Dari angka tersebut, ekspor kelompok mebel/furnitur terkoreksi 35% yoy menjadi US$ 917,63 juta pada semester I-2024. Ekspor kerajinan juga berkurang 11,74% yoy menjadi US$ 339,62 juta. Kontributor utama ekspor mebel nasional berasal dari produk
wooden furniture (51,03%), kemudian diikuti oleh
rattan furniture (10,36%), dan
metal furniture (3,20%).
Ketua Presidium Himki Abdul Sobur mengatakan, adanya penurunan suku bunga acuan The Fed sebesar 50 bps diyakini akan berdampak positif terhadap permintaan mebel dan kerajinan asal Indonesia, terutama untuk pasar Amerika Serikat (AS). Dengan suku bunga yang rendah, biaya pinjaman di AS menjadi lebih rendah, sehingga mendorong konsumen untuk meningkatkan belanja produk-produk mebel.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Fokus Perkuat Penjualan Ekspor AS sendiri merupakan pasar utama ekspor mebel dan kerajinan Indonesia dengan porsi masing-masing 52,01% dan 46,41%. Selain AS, ekspor produk ini juga menyasar pasar Jepang, Uni Emirat Arab, China, dan sejumlah negara Eropa. Himki pun optimistis Indonesia bisa membukukan penjualan ekspor mebel dan kerajinan hingga US$ 5 miliar pada 2029 mendatang. "Target ini sangat bergantung pada respons pasar terhadap dinamika ekonomi global dan tren permintaan," kata Abdul, Selasa (1/10). Untuk meningkatkan kinerja ekspor, para produsen mebel dan kerajinan nasional dapat melakukan upaya inovasi berupa desain produk yang lebih unik, modern, dan ramah lingkungan mengikuti tren global. Selain itu, para produsen harus memperhatikan dengan cermat standar kualitas internasional dan sertifikasi produk yang diakui di negara tujuan ekspor. Strategi diversifikasi juga dapat ditempuh, mengingat ada beberapa kawasan tujuan ekspor selain AS yang bisa dioptimalkan seperti Asia, Timur Tengah, dan Eropa.
Pihak produsen juga dituntut mengadopsi teknologi baru untuk memangkas biaya produksi. "Produsen mebel juga dapat memaksimalkan platform e-commerce global untuk menjangkau konsumen internasional secara langsung," imbuh Abdul. Lebih lanjut, Himki juga mengakui produsen mebel kerap menemui hambatan pemenuhan bahan baku yang meliputi keterbatasan kayu berkualitas tinggi, fluktuasi harga bahan baku, dan ketergantungan pada impor bahan baku tertentu. Maka itu, produsen dapat menempuh cara seperti diversifikasi bahan baku, pemanfaatan bahan baku alternatif, investasi teknologi pengolahan bahan baku, dan pengembangan kemitraan strategis untuk memperkuat rantai pasok. Sementara itu, PT Integra Indocabinet Tbk (
WOOD) menyebut, terkendalinya inflasi dan penurunan suku bunga acuan akan memulihkan kinerja ekspor perusahaan tersebut ke AS, terutama untuk segmen komponen bangunan seiring membaiknya pasar perumahan di Negeri Paman Sam. Manajemen WOOD mengklaim memiliki keunggulan
yang didapat dari proses produksi yang terintegrasi dengan biaya produksi yang rendah, sehingga harga produk komponen bangunan dan furnitur perusahaan ini lebih kompetitif di pasar.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Mau Jajal Bisnis Properti, Pesaingnya PWON, CTRA dan DILD "Produk kami juga didukung oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah di Indonesia," kata
Investor Relation Integra Indocabinet Fajar Andika, Selasa (1/10). Pihak WOOD masih menjadikan AS sebagai tujuan ekspor utama. Hal ini didasari oleh potensi besar pasar bahan bangunan di AS yang bernilai lebih dari US$ 1 miliar pada 2023 dan diperkirakan tumbuh secara tahunan sekitar 5% pada tahun-tahun mendatang. "AS merupakan negara importir furnitur dan komponen bangunan terbesar," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari