Kinerja Emiten Bahan Baku Infrastruktur Diprediksi Masih Fluktuatif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten bahan baku infrastruktur diprediksi masih fluktuatif di tengah ketidakpastian prospek proyek infrastruktur di tahun 2024.

Melansir laporan keuangan emiten per kuartal III-2023, kinerja emiten bahan baku infrastruktur tercatat masih bervariatif, bahkan cenderung negatif.

Contohnya, emiten produsen kaca PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp 429,94 miliar dalam sembilan bulan tahun 2023, turun 39,6% dibanding periode sama tahun 2022 sebesar Rp 702,28 miliar. Penjualan bersih MLIA turun 7,2% secara tahunan menjadi Rp 3,571 triliun pada akhir September 2023.


Emiten baja PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) per 30 September 2023 meraih laba US$ 22,06 juta, turun 55% dari periode sama tahun sebelumnya senilai US$ 49,2 juta. Penjualan bersih GGRP per kuartal III 2023 sebesar US$ 537,4 juta, turun 25% dari edisi sama tahun lalu US$ 723,26 juta. 

Baca Juga: IHSG Dibuka Melemah pada Perdagangan Selasa (23/1), TPIA, MEDC, UNVR Top Gainers LQ45

Emiten baja pelat merah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) rugi sebesar US$ 61,40 juta hingga kuartal III 2023. Padahal periode sama tahun lalu, KRAS masih membukukan laba bersih sebesar US$ 80,15 juta. Pendapatan KRAS turun 31,45% ke US$ 1,26 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,84 miliar. 

Hal itu salah satunya disebabkan oleh penurunan harga baja. Melansir Trading Economics, Senin (22/1), harga baja ada di level US$ 3876 per ton, turun 1,67% secara bulanan dan terkoreksi 7,25% secara tahunan.

Hanya PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) yang tumbuh positif. Emiten produsen baja ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp 363,7 miliar per September 2023. Raihan itu tumbuh sebesar 24,2% dari periode yang sama tahun 2022, yakni Rp 293 miliar.

Dari sisi penjualan, sepanjang 9 bulan 2023, ISSP berhasil mencatatkan kenaikan volume penjualan sebesar 4,7%. Alhasil, ISSP menghasilkan nilai penjualan sebesar Rp 4,8 triliun, naik sebesar 0,5% secara tahunan.

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan, bisnis GGRP, KRAS, dan ISSP berhubungan dengan pengolahan baja. Sementara MLIA berhubungan dengan lembaran kaca yang biasanya dipakai untuk gedung-gedung instansi perkantoran. 

Peningkatan permintaan akan produk dan layanan mereka tentu akan memberikan tambahan kinerja kepada emiten-emiten tersebut. 

Di sisi lain, peningkatan aktivitas maupun mobilitas hingga konsumsi masyarakat secara tidak langsung mendukung peningkatan permintaan akan produk-produk mereka. Untuk MLIA, permintaan akan konsumsi kemasan botol kaca akan ikut mendorong kinerja emiten.

Lalu, ketika emiten-emiten properti dan infrastruktur ingin membangun hunian dan gedung, permintaan akan produk kaca dari MLIA juga akan terkerek. 

 
GGRP Chart by TradingView

“Sementara, besi dan baja disuplai oleh GGRP dan KRAS. Produk rumahan yang menggunakan lembaran baja diolah oleh ISSP,” ujarnya kepada Kontan, Senin (22/1).

Oleh karena itu, peningkatan akan proyek infrastruktur akan memberikan tambahan kinerja kepada para emiten bahan baku infrastruktur.

Namun, di tahun politik saat ini, bisa saja proyek-proyek tersebut terkena delay, karena menunggu kepastian akan pemerintahan yang baru. 

Selain itu, proyek IKN juga masih berprogres, sehingga masih membutuhkan waktu yang cukup panjang ke depannya untuk memberikan tambahan positif ke kinerja mereka. Terkait dengan proyek IKN, Reza melihat masih akan menjadi sentimen positif, karena mereka bisa mendapatkan proyeknya.

”Namun, harus diperhatikan juga waktu dan besaran pembayarannya. Itu lebih penting, karena akan mempengaruhi arus kas mereka. Untuk apa dapat proyek besar, tetapi pembayarannya per termin dan terus diundur,” ungkapnya.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham ACES, BSDE dan MEDC dari Ajaib Sekuritas untuk Selasa (23/1)

Reza pun memberikan rekomendasi beli untuk GGRP, MLIA dan ISSP dengan target harga masing-masing Rp 480 per saham, Rp 490 per saham, dan Rp 328 per saham. Untuk KRAS, Reza merekomendasikan hold dengan target harga Rp 154 per saham.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, kinerja GGRP, MLIA, dan KRAS mengalami pertumbuhan negatif, bahkan KRAS mencatatkan kerugian. Sedangkan, hanya ISSP yang berhasil mencatatkan pertumbuhan positif. 

“Sentimen penggerak kinerja ISSP yaitu karena didorong oleh terjaganya minat beli konsumen di paruh pertama tahun 2023,” ujarnya kepada Kontan, Senin (22/1).

Prospek kinerja emiten bahan baku penunjang infrastruktur di tahun 2024 masih terbilang positif. Hal ini didukung oleh sejumlah faktor. Pertama, peningkatan anggaran infrastruktur sebesar 5,8% dalam APBN 2024. 

Kedua, pembangunan IKN Nusantara yang akan membutuhkan sejumlah bahan baku penunjang infrastruktur. 

“Sentimen tersebut juga akan mendorong peningkatan permintaan bahan baku penunjang infrastruktur,” paparnya.

Sukarno pun memberikan rekomendasi trading buy untuk ISSP, MLIA, dan GGRP dengan potensi upside harga saham masing-masing naik 7%-15% dalam jangka pendek.

Ini karena ketiganya masih mencatatkan laba yang positif dan secara valuasi tergolong murah. Sehingga, tinggal menunggu momentum teknikal untuk bisa masuk kembali.

“Untuk KRAS, mungkin lebih ke wait and see sambil menunggu perbaikan kinerjanya,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari