KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai merilis laporan keuangan kuartal ketiga tahun ini. Sektor perbankan diprediksi memimpin kinerja positif emiten, setelah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merilis kinerja keuangan memuaskan. Becermin pada laporan keuangan BBNI, analis cukup optimistis terhadap kinerja emiten sektor perbankan. Pada Kamis (12/10) lalu, emiten bank pelat merah ini melaporkan kinerja keuangan di kuartal III-2017. BBNI mencatatkan laba bersih Rp 10,15 triliun hingga kuartal III-2017. Jumlah ini 31,65% lebih tinggi daripada laba bersih di kuartal III-2016 sebesar Rp 7,71 triliun.
Pencapaian itu ditopang pendapatan bunga bersih yang tumbuh 7,5% year-on-year (yoy) dan pendapatan non bunga sebesar 1,5% (yoy). Pertumbuhan pendapatan bunga didorong kucuran kredit BBNI yang tumbuh 13,3% hingga kuartal III-2017. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee memprediksi emiten perbankan lainnya akan mengikuti jejak kinerja BBNI yang cemerlang. "Tampaknya ada peningkatan ekspansi kredit di perbankan sehingga kinerja korporasi perbankan cenderung membaik," prediksi Hans kepada KONTAN, Minggu (15/10). Peningkatan ekspansi kredit tersebut disebabkan oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Setelah sebelumnya 7DRR Rate BI turun dari 4,75% menjadi 4,5% pada Agustus 2017 lalu, bank sentral kembali memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada akhir September lalu. Walhasil, suku bunga acuan BI saat ini berada di angka 4,25% sehingga mendorong emiten perbankan untuk melakukan ekspansi kredit. Di sisi lain, Hans melihat adanya peningkatan aktivitas impor di kuartal III-2017, yang mengindikasikan para pengusaha mulai melakukan aktivitas bisnis. Hal ini menyebabkan permintaan kredit bertambah sehingga mampu mendongkrak kinerja keuangan perbankan. Valuasi saham bank Aktivitas belanja pemerintah di periode ini pun mulai berjalan. Meski belum maksimal, pergerakannya sudah cukup terlihat baik sehingga mampu mendorong kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik. Mulai berjalannya aktivitas ekonomi turut mendorong kinerja korporasi. Alhasil, menurut Hans, tingkat kredit macet alias non-performing loan (NPL) perbankan menjadi turun sehingga menopang kinerja perbankan.