Kinerja emiten bank diprediksi mengekor jejak BNI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laporan keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membuat analis cukup optimistis terhadap kinerja emiten sektor perbankan. Kinerja keuangan BBNI yang memuaskan diprediksi bakal diikuti emiten perbankan lainnya.

Kamis (12/10) lalu, bank pelat merah ini melaporkan kinerja keuangan kuartal III-2017. Dalam laporan tersebut, perusahaan berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 31,6% menjadi Rp 10,15 triliun. Angka tersebut jauh lebih tinggi ketimbang laba bersih perusahaan di kuartal III tahun lalu sebesar Rp 7,71 triliun.

Peningkatan laba perusahaan ditopang kenaikan pendapatan bunga persih yang tumbuh 7,5% dan pendapatan non bunga sebesar 1,5%. Naiknya pendapatan bunga disebabkan penyaluran kredit BBNI yang tumbuh 13,3% hingga triwulan ketiga tahun ini.


Melihat hal tersebut, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee memprediksi, emiten sektor perbankan lain akan mengikuti jejak kinerja BBNI yang cemerlang. "Nampaknya ada peningkatan ekspansi kredit di perbankan sehingga kinerja korporasi perbankan cenderung membaik," ujar Hans kepada KONTAN, Minggu (15/10).

Peningkatan ekspansi kredit tersebut disebabkan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Pada September 2017, BI kembali menurunkan suku bunga sebanyak 25 bps menjadi 4,25%. Ini mendorong emiten perbankan untuk melakukan ekspansi kredit.

Di sisi lain, Hans melihat adanya peningkatan aktivitas impor di kuartal III tahun ini, yang mengindikasikan para pengusaha mulai melakukan aktivitas bisnis. Hal ini membuat permintaan kredit bertambah sehingga mampu mendongkrak laba perbankan meningkat.

Aktivitas belanja pemerintah di periode ini pun mulai berjalan. Meski belum maksimal, namun pergerakannya sudah cukup terlihat baik sehingga mampu mendorong keadaan ekonomi lebih baik. Mulai berjalannya aktivitas ekonomi ini membuat kinerja korporasi menjadi membaik. Alhasil, menurut Hans, tingkat kredit macet (non-performing loan/NPL) perbankan jadi turun sehingga mendorong kinerja perbankan.

Walau emiten perbankan dibanjiri sentimen positif, ia melihat saat ini bukanlah jadi waktu yang tepat bagi para investor untuk masuk ke saham bank. Pasalnya, saat ini valuasi mayoritas saham bank di pasar modal sudah terlalu mahal.

"Kalau dilihat saat ini valuasi saham emiten bank sudah kemahalan, jadi lebih baik digunakan untuk trading jangka pendek saja," ujarnya. Namun jika investor ingin berinvestasi untuk tahun depan, saham bank mungkin bisa jadi pilihan.

Hans merekomendasikan buy untuk saham BBRI dengan target harga Rp 16.000 per saham. Ia pun merekomendasikan sell on strength saham BBCA dengan target harga Rp 18.750, serta saham BBTN dengan target harga Rp 2.350. Sementara itu, ia merekomendasikan hold saham BMRI dengan target Rp 6.500 per saham, dan untuk saham BBNI di target harga Rp 7.600.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini