KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten BUMN Karya tercatat bervariasi lantaran masih menemui tantangan di sembilan bulan pertama tahun 2024. Hingga kuartal III 2024, PT PP (Persero) Tbk (
PTPP) kompak mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba bersih. PTPP berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 14 triliun atau tumbuh 14,54% secara tahunan (yoy) dari Rp 12,22 triliun per kuartal III 2023. Demikian juga laba PTPP meningkat 11,49% menjadi Rp 267,28 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 239,72 miliar.
Sekretaris Perusahaan PTPP, Joko Raharjo mengatakan, kenaikan laba PTPP terutama disebabkan oleh kenaikan laba ventura bersama sebesar Rp 482 miliar atau naik 152% yoy. Terkait dengan divestasi aset, PTPP hingga hari ini telah melakukan divestasi beberapa alat berat yang ada di anak perusahaan, yaitu PT PP Presisi Tbk (
PPRE) sebesar Rp 31 miliar. ”PTPP juga telah melakukan CSPA di salah satu entitas group perusahaan, yang mana saat ini sedang proses settlement (SPA),” ujarnya kepada Kontan, Jumat (8/11). Sementara, PT Adhi Karya Tbk (
ADHI), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (
WIKA), dan PT WIjaya Karya Bangunan Gedung Tbk (
WEGE) berhasil mencatatkan kinerja laba yang baik di tengah raihan pendapatan yang terlalu bagus.
Baca Juga: PTPP Bukukan Kenaikan Laba 11,49% pada Kuartal III-2024, Cek Rekomendasi Sahamnya ADHI mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 9,16 triliun, turun 19,97% yoy dari Rp 11,44 triliun di akhir kuartal III 2023. Namun, ADHI mencatatkan laba bersih Rp 69,32 miliar hingga kuartal III 2024, naik 194,51% dari periode sama tahun lalu. Sekretaris Perusahaan ADHI, Rozi Sparta mengatakan, sampai dengan September 2024, ADHI membukukan pendapatan proyek
non joint operation (non-JO) sebesar Rp 9,1 triliun yang dikontribusikan dari proyek infrastruktur, seperti Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo, Jalan Tol Yogyakarta-Bawen, dan beberapa proyek lainnya. Apabila ditambahkan dengan pendapatan JO, maka total pendapatan JO dan non-JO di kuartal III 2024 mencatat nilai Rp 17 triliun, tumbuh 13% yoy dari Rp 15 triliun pada kuartal III 2023. Menurut peraturan akuntansi, perseroan tidak dapat mencatat pendapatan dari proyek JO secara langsung dalam laporan keuangan, melainkan hanya dapat mencatat bagian dari Laba Ventura Bersama. Untuk pos Laba Ventura Bersama tumbuh sebesar 2 kali dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 277,6 miliar pada kuartal III 2023 menjadi Rp 568,73 M pada kuartal III 2024. Raihan ini dikontribusikan dari proyek Pembangunan Rumah Susun Polri dan BIN IKN - Penajam Paser, MRT Jakarta Fase II, dan beberapa proyek lainnya. “Peningkatan laba bersih ini mencerminkan kinerja yang solid, sekaligus menegaskan komitmen perusahaan untuk terus fokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan di masa depan,” ujarnya dalam keterbukaan informasi tanggal 24 Oktober 2024. WIKA kantongi pendapatan bersih Rp 12,54 triliun per kuartal III 2024, turun 16,78% yoy. Namun, laba bersih WIKA tercatat sebesar Rp 741,42 miliar di akhir September 2024, berbanding terbalik dari rugi Rp 5,84 triliun di akhir September 2023. Salah satu penopang kinerja WIKA adalah adanya tambahan Rp 5,25 triliun di pos pendapatan lain-lain pada periode Januari-September 2024. Sebelumnya, pos ini hanya sebesar Rp 352,29 miliar pada periode sama tahun lalu. Pos laba entitas ventura bersama juga tercatat Rp 583,12 miliar di periode ini, naik dari Rp 40,59 miliar per kuartal III 2023.
Baca Juga: Simak Prospek Kinerja Emiten BUMN Karya di Pemerintahan Prabowo Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito mengatakan, kinerja di kuartal III 2024 ini telah mencerminkan upaya WIKA dalam meningkatkan efisiensi dan profitabilitas di tengah berbagai tantangan sektor infrastruktur. Pada periode ini, WIKA membukukan pendapatan sebesar Rp12,55 triliun, dengan kapasitas tingkat produksi (burn rate) sebesar 34,3% dari kontrak berjalan. WIKA juga membukukan laba kotor sebesar Rp 1,06 triliun, dengan Gross Profit Margin (GPM) sebesar 8,4%, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,1%. "Hal ini menunjukkan kemampuan eksekusi proyek WIKA, terutama pada lini bisnis utama yang menjadi core operasi perseroan, seperti infrastruktur & gedung serta EPCC yang naik rata-rata 0,6% dari tahun sebelumnya," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (31/10). Sejalan dengan langkah WIKA untuk terus mempercepat upaya penyehatan keuangan, dari sisi neraca WIKA berhasil memperbaiki kolektibilitas piutang hingga 30,4% menjadi sebesar Rp 6,61 triliun dari Rp 9,50 triliun per September 2023. "WIKA juga terus berupaya maksimal untuk melakukan pembayaran kepada mitra kerja, sehingga utang usaha perseroan tercatat menurun hingga 50,7% di periode yang sama tahun sebelumnya," paparnya. Salah satu anak usaha WIKA, WEGE, juga berhasil mencatatkan kenaikan laba yang signifikan. WEGE mencatatkan pendapatan Rp 2,25 triliun per kuartal III 2024, turun 12,3% yoy. Namun, laba bersih perseroan sebesar Rp 47,11 miliar per kuartal III 2024, naik 119,52% yoy. Hal ini salah satunya ditopang penurunan beban pokok pendapatan perseroan ke Rp 2,07 triliun di akhir September 2023, dari Rp 2,38 triliun pada periode sama tahun lalu. Laba bruto pun tercatat turun 7,41% yoy ke Rp 178,28 miliar di kuartal III 2024. Pada pos bagian laba ventura bersama per 30 September 2024, WEGE berhasil mengantongi Rp 54,34 miliar. Ini naik dari Rp 3,34 miliar pada periode sama tahun lalu. Direktur Utama WEGE, Hadian Pramudita menyatakan, Gross Profit Margin yang tercatat sebesar 7,90% menunjukkan pengelolaan efisiensi operasional yang baik. Total liabilitas yang turun sebesar 15,47% berasal dari adanya penurunan utang usaha. “Adapun rasio Debt to Equity (DER) turun menjadi 0,98x, Gearing Ratio 0,10x, serta Current Ratio meningkat menjadi 206,21%. Ini mencerminkan kondisi likuiditas perusahaan yang semakin kuat,” ujarnya dalam rilis yang diterima Kontan, Jumat (8/11). Di sisi lain, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (
WSKT) mencatatkan rugi bersih yang makin bengkak di akhir kuartal III 2024. WSKT mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 3 triliun hingga kuartal III 2024, naik 5,93% dari rugi bersih di kuartal III-2023 yang sebesar Rp 2,83 triliun. Pendapatan usaha perseroan juga turun 13,22% yoy ke Rp 6,78 triliun di periode Januari-September 2024.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, rugi WSKT makin dalam karena ada masalah tata kelola perusahaan yang buruk. “Ini juga terkait restrukturisasi utang yang memang berjalan lambat, sehingga wajar jika ruginya makin dalam,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (8/11). Untuk emiten berbasis konstruksi, kunci utama yang memengaruhi kinerja mereka adalah keberhasilan dalam meningkatkan raihan nilai kontrak baru. “Jika mereka mampu meningkatkan raihan nilai kontrak baru, itu bisa jadi katalis positif bagi kinerjanya,” tuturnya. Di sisi lain, emiten konstruksi juga harus bisa menjaga liabilitas yang biasanya terkait dengan pembiayaan emiten dalam mengerjakan proyek pembangunan. Di bawah pemerintahan baru, emiten BUMN Karya masih bisa memanfaatkan momentum dari sejumlah kebijakan baru untuk memperbaiki kinerja mereka. Menurut Nafan, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga di atas 8% dan melanjutkan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). “Dengan kepastian pembangunan IKN itu juga akan menjadi potensi sumber pertumbuhan ekonomi baru,” ungkapnya. Meskipun begitu, kinerja emiten BUMN Karya ke depannya masih tersengat sentimen negatif dari posisi utang yang tinggi. Melansir RTI, kinerja saham para emiten BUMN Karya juga cukup beragam. Kinerja saham PTPP terkoreksi 6,07% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Saham ADHI turun 11,54% YTD dan WEGE turun 5% YTD. Sementara, kinerja saham WIKA berhasil naik 56,93% YTD “Kenaikan harga saham itu terkait dengan kemampuan meningkatkan raihan nilai kontrak dan proses restrukturisasi yang dianggap tengah berjalan dengan baik,” paparnya. Alhasil, Nafan pun belum memberikan rekomendasi saham untuk emiten BUMN Karya. Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mencermati, kinerja emiten BUMN Karya mulai menunjukkan tren positif, meskipun masih ada juga yang mencatatkan rugi. “Sentimen penggerak kinerja di periode ini karena perolehan kontrak yang berhasil tumbuh dan pembenahan dari internal mereka,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (8/11).
Baca Juga: Wika Gedung (WEGE) Catat Laba Bersih Rp 47,11 Miliar per Kuartal III-2024 Di kuartal IV 2024 hingga tahun 2025, kinerja emiten BUMN Karya berpeluang melanjutkan tren positif bercermin dari kinerja mereka di akhir September 2024. Sentimen positif nantinya berasal dari sisi makro terkait potensi tren penurunan suku bunga yang setidaknya bisa mengurangi beban keuangan emiten para BUMN Karya. Kemudian, progres merger para emiten BUMN Karya juga nantinya bisa positif untuk masing-masing emiten, sehingga jadi lebih terfokus bisnisnya sesuai spesialisasi masing-masing. “Sementara, sentimen negatifnya terkait ketidakpastian ekonomi dan rentan kenaikan bahan baku menjadi tantangan. Kebijakan kelanjutan IKN juga bisa berpotensi akan memberikan dampak positif,” tuturnya. Menurut Sukarno, pergerakan harga saham pare emiten BUMN Karya ada yang tidak mencerminkan kinerja keuangannya.
“Misalnya, PTPP dan ADHI yang kinerja keuangannya cukup positif per kuartal III 2024, tetapi kinerja saham mereka secara YTD mengalami penurunan,” ungkapnya. Alhasil, Sukarno masih merekomendasikan
wait and see terlebih dahulu atau
trading sell untuk emiten BUMN Karya sampai menemukan
support ideal, agar investor kemudian bisa melakukan akumulasi beli. Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan saham PTPP ada di level support Rp 360 per saham dan resistance Rp 440 per saham. Sementara, pergerakan saham WIKA ada di level support Rp 280 per saham dan resistance Rp 360 per saham. William pun merekomendasikan wait and see untuk PTPP dan WIKA. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari