Kinerja emiten CPO tumbuh subur



JAKARTA. Rendahnya produksi sawit akibat cuaca buruk, jadi sentimen positif emiten produsen crude palm oil (CPO). Selain itu, analis juga meramal permintaan CPO domestik dan global bakal naik.

Kinerja emiten CPO pun diprediksikan kinclong tahun ini. Beberapa analis merekomendasikan membeli saham emiten CPO.

Analis BCA Sekuritas Nyoman Widita Prabawa mengatakan, harga CPO di kuartal satu ini bisa mencapai RM 2.900-RM 3.000 per ton karena kurangnya pasokan global.


Tapi harga berpotensi turun di semester kedua karena El Nino mulai reda. "Semester kedua produksi global akan kembali naik 7,7% atau mencapai 65,5 juta ton," tulis Nyoman dalam risetnya.

Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan juga mengerek naik prediksi harga CPO global pada tahun ini menjadi RM 2.950 per ton, dari sebelumnya RM 2.750 per ton. Naiknya curah hujan di Indonesia dan Malaysia akan menahan produksi CPO untuk pasokan global.

"Curah hujan ini juga menghambat logistik saat panen CPO, jadi produksi masih di bawah rata-rata," Andy.

Program pemerintah mencampur 20% biodiesel dalam bahan bakar alias B20 juga akan meningkatkan permintaan CPO. Dari catatan Nyoman, hingga Oktober tahun lalu, konsumsi biodiesel di Indonesia sudah mencapai 2,2 juta kiloliter, atau sekitar 81,4% dari target pemerintah, yakni 2,9 juta kilo liter. Dari pencapaian tersebut, 29%-33% berasal dari CPO domestik.

Analis Samuel Sekuritas Sharlita Malik juga menyimpan optimisme untuk sektor perkebunan, meski di 2016 lalu kinerja emiten sawit tidak terlalu positif. "Emiten sawit berpotensi membukukan kinerja positif, karena membaiknya harga CPO," kata Sharlita.

Sharlita memperkirakan harga CPO tahun ini mencapai rata-rata RM 2.750 per ton. Permintaan China untuk restocking CPO serta penambahan jumlah inventory CPO global yang di bawah rata-rata semakin mendukung fundamental harga CPO.

Tapi, kinerja emiten CPO bakal terpengaruh Peraturan Presiden No. 16/2015 tentang pajak ekspor CPO dan produk turunannya. Implementasi aturan ini akan menambah beban emiten, terutama emiten dengan porsi ekspor tinggi.

Toh, saham CPO masih menarik dikoleksi. Sharlita memberi rekomendasi buy untuk AALI dan LSIP, dengan target harga masing-masing Rp 19.800 dan Rp 2.050 per saham. Produksi CPO yang naik dan kuatnya struktur modal membuat AALI menjadi pilihan utama Sharlita.

Nyoman juga merekomendasikan buy LSIP dan AALI. Target harga masing-masing saham ada di Rp 2.100 dan Rp 16.550 per saham.

Andy juga memasang rekomendasi beli bagi LSIP dan SSMS dengan target harga masing-masing Rp 1.950 per saham. Kedua emiten ini masih memiliki ruang untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto