Kinerja Emiten E-Commerce Masih Berat, Simak Rekomendasi Saham Teknologi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten sektor teknologi di Indonesia masih berpotensi untuk tumbuh. Meskipun begitu, emiten teknologi di bidang ecommerce diprediksi masih berat kinerjanya di tahun 2024. 

Melansir laman Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks IDX Sector Technology memang tercatat naik 1,42% pada hari ini (14/6). Tetapi, kinerja indeks ini secara year to date (YtD) sudah turun 28,46%. 

Sektor teknologi bidang ecommerce tengah diselimuti isu mendung, khususnya yang melanda anak usaha PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), Tokopedia. Unit bisnis ecommerce GOTO ini berencana melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mulai bulan Juni 2024.


Berdasarkan laporan Bloomberg pada Rabu (12/6), ByteDance Ltd yang merupakan induk usaha TikTok berencana untuk melakukan perampingan terhadap 450 karyawan di bagian e-commerce Indonesia.

Asal tahu saja, PT Tokopedia kini telah dikendalikan oleh TikTok. Tetapi, GOTO masih memiliki porsi saham sebesar 25%. GOTO juga memperoleh pendapatan dari biaya komisi dari Tokopedia.

Baca Juga: IHSG Anjlok ke 6.734 Jumat (14/6), Net Sell Asing Mencapai Rp 730 Miliar

Direktur Corporate Affairs Tokopedia dan Shop Tokopedia Nuraini Razak mengatakan, menyusul penggabungan TikTok dengan Tokopedia, pihaknya mengidentifikasi beberapa area yang perlu diperkuat dalam organisasi dan menyelaraskan tim kami agar sesuai dengan tujuan perusahaan. 

Sebagai hasilnya, pihaknya harus melakukan penyesuaian yang diperlukan pada struktur organisasi sebagai bagian dari strategi perusahaan agar dapat terus tumbuh. 

“Kami berterima kasih kepada tim TikTok dan Tokopedia atas kontribusi dan komitmen mereka selama masa penggabungan dan kami akan terus berupaya untuk mendukung mereka dalam melewati masa transisi ini,” ujar dia dalam informasi yang diterima Kontan.co.id, Jumat (14/6).

Selain PHK, ByteDance Ltd juga dikabarkan berencana untuk menghentikan hampir 80% layanan Tokopedia. Namun, GOTO membantah kabar tersebut.

Sekretaris Perusahaan GOTO, R. A. Koesoemohadiani menyampaikan, dalam kapasitas GOTO sebagai pemegang saham bukan pengendali minoritas PT Tokopedia, tidak ada rencana penghentian hampir 80% layanan Tokopedia.

GOTO juga meyakini bahwa PT Tokopedia terus melakukan tinjauan atas efektivitas dari organisasi Tokopedia. 

“Segala keputusan yang diambil oleh PT Tokopedia merupakan hal yang akan ditentukan secara penuh oleh manajemen PT Tokopedia,” ujar dia dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu (12/6).

Baca Juga: Prospek Kinerja Saham Sektor Teknologi Diprediksi Masih Berat di Tahun Ini

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai, kinerja saham teknologi di bursa domestik berbeda jauh dengan kinerja saham teknologi di bursa asing, khususnya di Amerika Serikat (AS).

“Kalau di bursa AS, kinerja saham teknologi terdorong keputusan The Fed yang menyatakan kebijakan pelonggaran moneter di tahun ini masih akan terjadi, meski hanya satu kali saja,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (14/6). 

Sayangnya, efek dari berita baik itu belum berdampak ke kinerja emiten saham teknologi di Indonesia, karena dinamika pasar yang berbeda. Alhasil, investor harus lebih selektif dalam memilih emiten teknologi dengan kinerja fundamental yang solid. 

Kinerja fundamental yang solid ini sayangnya tidak dimiliki oleh emiten teknologi dengan bisnis utama ecommerce, seperti GOTO dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). 

“Meskipun kinerja gross merchandise value (GMV) dan gross transaction value (GTV) masih cukup solid, tetapi mereka masih mencatatkan rugi di kuartal I 2024,” tuturnya.

Dari sisi kinerja saham, harga GOTO sudah sentuh level Rp 52 per saham, sehingga pergerakan penurunannya bisa terbatas. Namun, dampaknya saham GOTO menjadi tidak likuid.

Kinerja saham emiten ecommerce memang masih berat. Lihat saja saham GOTO sudah turun 39,53% secara year to date (YtD). 

Baca Juga: Dukung Kominfo Tutup Media Sosial yang Tampilkan Konten Pornografi dan Judi Online

Harga saham PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) juga turun 4,15% YtD ke Rp 462 per saham. BUKA mencatatkan penurunan kinerja 45,37% YtD ke Rp 118 per saham.

“Kalau GOTO bisa mencapai level profitabilitasnya di masa mendatang, nanti akan tercermin dari kinerja harga sahamnya. Tapi, ini masih butuh proses yang sangat panjang dan belum tentu bisa terealisasi tahun 2024,” paparnya.

Menurut Nafan, masalah utama dari emiten ecommerce adalah besarnya insentif diskon untuk konsumen, sehingga masih menggerus biaya operasional. Strategi perang diskon ini mereka lakukan karena persaingan antarplatform sangat sengit. 

Oleh karena itu, investor disarankan untuk fokus pada emiten teknologi yang punya unit bisnis lain, seperti dalam penyediaan layanan over the top (OTT).

Salah satu yang punya layanan ini adalah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Unit bisnis OTT ini persaingannya belum terlalu sengit. Saham EMTK lebih likuid dan kinerja di kuartal I masih baik.

Asal tahu saja, EMTK berhasil membalikkan rugi Rp 330,98 miliar menjadi laba Rp 259,39 miliar di kuartal I 2024.

Nafan merekomendasikan beli untuk EMTK dengan target harga terdekat Rp 396 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati