Kinerja emiten kabel kinclong di kuartal I 2019, analis: Sudah sesuai ekspektasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa perusahaan kabel sudah merilis kinerja laporan keuangan perusahaan selama tiga bulan pertama 2019 berjalan. Selama itu pula, perusahaan-perusahaan tersebut menuai pertumbuhan laba serta pendapatan yang cukup signifikan.

Coba tengok kinerja PT KMI Wire and Cable Tbk (KBLI). Sepanjang triwulan pertama tahun ini, perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp 1,02 triliun. Jumlah tersebut naik sebesar 15,5% dibanding kuartal pertama tahun lalu dimana perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 883, 08 miliar.

Pertumbuhan pendapatan itu juga diikuti oleh pertumbuhan labanya. Tercatat dalam periode tersebut, perusahaan mencatatkan laba sebesar Rp 114, 98 miliar. Jumlah tersebut melonjak mencapai 199,5% dibanding periode sebelumnya dimana laba perusahaan hanya mencapai Rp 38,4 miliar.


Setali tiga uang, perusahaan kabel lain seperti PT Kabelindo Murni (KBLM) juga mencatat pertumbuhan pendapatan yang signifikan dibanding kuartal I tahun lalu. Tercatat pendapatan perusahaan tumbuh sebesar 21, 62% mencapai Rp 269, 64 miliar selama kuartal I tahun ini. Sedangkan pada tahun lalu, pendapatan perusahaan sendiri sebesar Rp 221, 70 miliar.

Dari sisi laba, perusahaan kabel tersebut mencatatkan lonjakan laba yang cukup fantastis mencapai 214% yakni sebesar Rp 2,84 miliar. Dibandingkan tahun lalu, laba perusahaan tercatat sebesar Rp 904 juta.

Lonjakan laba yang fantastis juga dicatatkan oleh PT Voksel Electric Tbk (VOKS). Pertumbuhan laba perusahaan dalam periode tiga bulan pertama mencapai 407,5% atau setara Rp 78, 36 miliar. Padahal dalam periode yang sama di tahun lalu, laba perusahaan hanya tercatat sebesar Rp 15, 44 miliar.

Pertumbuhan laba itu juga diikuti oleh pertumbuhan pendapatan perusahaan. Selama kuartal I, perusahaan tercatat membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 47, 33%. Setelah pada kuartal I tahun lalu pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 536, 12 miliar, pada tahun ini pendapatannya tercatat mencapai Rp 789, 81 miliar.

Sedangkan PT Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk (SCCO) mencatatkan pertumbuhan pendapatan serta laba paling kecil diantara perusahaan-perusahaan yang telah disebutkan sebelumnya. Namun meski begitu jumlah yang berhasil diraih oleh SCCO tak kalah dari perusahaan lainnya. 

Selama periode Januari-Maret 2019, pendapatan SCCO mencapai Rp 1,37 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 17, 29% dari perolehan pendapatan perusahaan pada kuartal I sebelumnya yang sebesar Rp 1,17 triliun.

Pertumbuhan pendapatan itu juga dibarengi dengan pertumbuhan laba perusahaan yang sebesar 10, 43%. Tercatat laba perusahaan pada kuartal I tahun ini berada di angka Rp 92, 90 miliar. Sedangkan pada tahun sebelumnya, laba perusahaan mencapai Rp 84, 12 miliar.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan bahwa prospek industri kabel masih memiliki peluang pertumbuhan. Hal ini seiring dengan rencana penambahan kapasitas listrik sebesar 35000 megawatt oleh pemerintah sebagaimana termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019.

Wawan mengatakan, kinerja sektor kabel masih akan terdongkrak selama pembangunan infrastruktur masih menjadi prioritas pemerintah.

Sedangkan di satu sisi, potensi pemberat emiten kabel sendiri datang dari fluktuasi harga bahan baku tembaga. “Selain harga komoditasnya, kurs rupiah terhadap US dollar juga berpotensi menjadi pemberat karena bahan baku tersebut harus ditebus dengan kurs asing,” jelas Wawan.

Senada dengan Wawan, Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menyebutkan kinerja emiten-emiten kabel tersebut sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. “Pertumbuhan rasio return on equity dan net profit margin emiten kabel masing-masing sebesar 12,97% dan 6,88%. Angka tersebut cukup menunjukkan kinerja yang baik,” kata Sukarno kepada Kontan, Senin (13/5).

Sukarno menambahkan investor juga sudah menunjukkan ketertarikan kepada saham dari emiten kabel. Hal itu terlihat dari segi harga sahamnya. “Tercatat, rata-rata pertumbuhan harga saham emiten kabel sendiri mencapai 23,96% secara year to date,” ungkap Sukarno.

Meski begitu tidak semua saham emiten kabel layak untuk diburu. Sukarno mengatakan untuk beberapa hal, ia merekomendasikan saham emiten KBLI dan VOKS.

Bagi Sukarno, VOKS memiliki rasio profitabilitas yang menarik. “Rasio NPM VOKS sebesar 6,23%. Angka itu menarik meski price equity ratio (PER)-nya tinggi yakni sebesar 13,39x.

Sedangkan untuk KBLI selain memiliki rasio profitabilitas di atas rata-rata, PER perusahaan masih berada di bawah rata-rata emiten kabel yakni 6,24x. Untuk kedua emiten tersebut, Sukarno memiliki target price buy KBLI di level 625. Sedangkan untuk target price VOKS berada di level 390.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi