Kinerja emiten keramik terseret kinerja properti



JAKARTA. Selama semester I 2015, perusahaan keramik mengalami perlambatan kinerja yang signifikan hingga mengalami kerugian dari sisi pendapatan dan laba bersih.

Lihat saja, selama semester I 2015, PT Keramika Indonesia Asosiasi Tbk membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 428,48 miliar. Angka ini turun 9,04% dari pendapatan usaha emiten berkode KIAS ini selama semester I tahun 2014 sebesar Rp 471,07 miliar.

Walau pendapatan turun tipis,kinerja laba KIAS cukup terpukul. Laba bersih Keramika Indonesia Asosiasi Tbk selama enam bulan pertama tahun 2015 hanya sebesar Rp 27,54 miliar atau melorot 53,72 % dari laba bersih KIAS pada semester I 2015 sebesar Rp 59,52 miliar.


Perusahaan keramik lainnya,PT Arwana Citramulia Tbk juga mengalami perlambatan kinerja yang signifikan. Selama semester I 2015, Arwana membukukan penjualan neto sebesar Rp 636,34 miliar. Artinya, terjadi penurunan 21,19% dari penjualan neto sebesar Rp 807,46 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya. Emiten berkode saham ARNA ini juga membukukan laba bersih sebesar Rp 52,45 miliar yang ambles 64,50% dari laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 147,76 miliar.

Sejumlah perusahaan keramik lain yang juga membukukan penurunan kinerja pendapatan dan laba adalah PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk dan PT Mulia Industrindo Tbk.

Intikeramik Alamasri hanya mampu membukukan penjualan bersih sebesar Rp 87,63 miliar pada semester I 2015 atau turun 37,60% dari penjualan bersih Rp 140,45 miliar pada semester I 2014. Emiten berkode IKAI mengalami rugi bersih sebesar Rp 25,94 miliar selama semester I 2015. Kerugian tersebut melonjak 890% dari rugi bersih pada periode yang sama sebesar Rp 2,62 miliar.

Sedangkan PT Mulia Industrindo Tbk membukukan penjualan bersih sebesar Rp 2,80 miliar selama semester I 2015, naik tipis 1,81% dari penjualan bersih selama semester I 2014 sebesar Rp 2,75 miliar. Meski demikian, emiten berkode MLIA ini membukukan rugi bersih sebesar Rp 40,11 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu perusahaan ini masih membukukan laba bersih sebesar Rp 330,94 miliar.

Managing Partners Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adhie Joe menilai pelemahan kinerja saham-saham perusahaan keramik terjadi karena adanya pelemahan pada indusri properti. Saat ini, banyak pembangunan properti khususnya apartemen yang tidak berjalan dengan baik. Akibatnya, industri keramik ikut terpukul.

"Hal ini karena industri keramik sepenuhnya tergantung pada bisnis properti," ujar Kiswoyo kepada KONTAN, Selasa (18/8).

Saat ini, booming industri properti yang dimulai pada tahun 2012 dan mencapai puncaknya pada tahun 2013 dan 2014 sudah lewat. Perlu waktu antara 5 tahun sampai 10 tahun agar industri properti bisa kembali bangkit. Industri properti bisa bangkit lagi jika didorong oleh pembangunan infrastruktur seperti jalan tol pada semester II 2015.

Menurut Kiswoyo, jika pembangunan infrastruktur dan indusri properti baru berjalan baik, maka industri keramik bisa tumbuh antara 5% sampai 10% di akhir tahun 2015.

Terkait hal ini, Kiswoyo merekomendasikan hold untuk saham emiten-emiten keramik, khususnya ARNA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie