Kinerja Emiten Kesehatan Diperkirakan Tertekan di Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia resmi mencabut aturan kewajiban penggunaan masker saat melakukan kegiatan di fasilitas publik dan berskala besar. Pencabutan sejumlah aturan pandemi Covid-19 bisa menekan kinerja emiten alat kesehatan.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Syafei menilai, pencabutan status PPKM dan kewajiban penggunaan masker tentu akan berpengaruh pada bisnis alat kesehatan, termasuk masker. Tetapi Jono menilai, kebutuhan akan pelayanan dan peralatan kesehatan secara umum akan terus meningkat seiring meningkatnya populasi.

Selain itu, perusahaan yang bergerak dalam bidang alat kesehatan dapat mempertimbangkan strategi bisnis dengan melakukan ekspor produknya ke negara lain dengan harga yang bersaing.


Baca Juga: Penumpang Pesawat Citilink Tak Wajib Pakai Masker Lagi

Senada, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan semenjak pemerintah mencabut kebijakan PPKM pada akhir tahun 2022, perusahaan yang bergerak di industri jasa & peralatan kesehatan mayoritas mengalami penurunan kinerja. 

"Penurunan tajam khususnya di pos laba operasional dan laba bersih," kata Praska kepada Kontan.co.id, Kamis (15/6).

Praska melihat, pencabutan aturan kewajiban penggunaan masker saat melakukan kegiatan di fasilitas publik dan berskala besar pada 9 Juni 2023 berpotensi semakin memberatkan kinerja sejumlah produsen masker medis.

Sementara, perusahaan yang bergerak pada industri farmasi & riset kesehatan seperti penjualan obat-obatan dan nutrisi kesehatan diperkirakan masih bisa bertumbuh di tahun ini.

Baca Juga: Laba Bersih Kalbe Farma Diprediksi Tumbuh Double Digit, Intip Rekomendasi Saham KLBF

Praska menyarankan untuk saat ini, sebaiknya investor untuk wait and see terlebih dahulu terhadap emiten-emiten di industri jasa & peralatan kesehatan. Investor perlu mencermati emiten yang mampu mencetak pertumbuhan kinerja serta mempertimbangkan tren pergerakan harga, khususnya pada saham-sahan yang telah mengalami kenaikan signifikan.

Sementara pada sektor farmasi & riset kesehatan, investor bisa mengoleksi saham-saham yang memiliki valuasi pasar yang relatif murah terhadap industri sejenis serta mengalami pertumbuhan di pendapatan dan laba. Jika harga saham sudah naik signifikan, disarankan buy on weakness terlebih dahulu.

Menurut Praska, emiten sektor kesehatan masih berpotensi menghadapi tekanan akibat pelemahan kurs rupiah. Pelemahan kurs bisa memicu kenaikan harga bahan baku farmasi. 

Praska menyarankan lebih baik beli untuk trading dalam jangka pendek terhadap beberapa emiten antaranya seperti KLBF, TSPC, SIDO, PRDA, dan DVLA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati