KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten konstruksi swasta berhasil menambah kontrak baru di sepanjang tahun berjalan 2024. Contohnya PT Total Bangun Persada Tbk (
TOTL). Hingga akhir semester I-2024, TOTL telah mengantongi nilai kontrak Rp 3,3 triliun. Nilai kontrak ini naik 44% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada, Anggie S. Sidharta mengatakan, saat ini TOTL masih memiliki sejumlah proyek yang masih dalam proses tender. Nilai proyek itu sekitar Rp 10,41 triliun. "Terdiri dari pembangunan proyek perkantoran, apartemen, bangunan multi fungsi, industrial, hotel, dan lain-lain," katanya, akhir pekan lalu.
Baca Juga: Segmen Industrial Dominasi Nilai Kontrak Total Bangun Persada (TOTL) pada Kuartal I Pertumbuhan nilai kontrak juga dibukukan PT Nusa Raya Cipta Tbk (
NRCA). Per April 2024, anak usaha dari PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) itu meraih kontrak baru Rp 1,52 triliun. Realisasi kontrak baru itu meningkat 36,29% dari Rp 1,12 triliun pada kuartal I-2023.
Beberapa proyek NRCA hingga April 2024, antara lain, Mayapada IKN East Kalimantan, Hampton Square South Tangerang, JSI Hotel Megamendung Bogor, Daimler Cikarang Bekasi, dan Ellipse Project SAS Phase-1 Karawang, Dipo Center Jakarta. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama memproyeksi, pada semester dua tahun ini, kinerja emiten konstruksi swasta akan mendapatkan sentimen negatif dari tren suku bunga tinggi sejumlah bank sentral di dunia. Termasuk, suku bunga bank sentral AS, The Fed, dan Bank Indonesia (BI)
Baca Juga: Pendapatan Naik, Laba Total Bangun Persada (TOTL) Melonjak 77,60% di Kuartal I-2024 Selain itu, fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga menjadi sentimen negatif untuk emiten konstruksi swasta. "Pelemahan nilai tukar rupiah akan memengaruhi kinerja emiten. Sebab, emiten pasti tetap mengandalkan impor untuk perlengkapan bahan baku konstruksi," papar Nafan. Menurut Nafan, bukan sama sekali tak ada sentimen positif bagi emiten konstruksi untuk mendongkrak kinerjanya. Dia melihat, masih ada peluang penurunan suku bunga The Fed di akhir tahun ini. Ini bisa jadi angin segar bagi emiten konstruksi dalam meningkatkan likuiditasnya.
Baca Juga: Puri Global Sukses (PURI) Optimistis Kinerja Tumbuh Positif di Tahun Ini Nafan merekomendasi hold saham TOTL dan NRCA, dengan target harga masing-masing Rp 570 per saham dan Rp 352 per saham.. Sedangkan analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana merekomendasi buy if break NRCA dengan target harga Rp 350–Rp 356 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli