JAKARTA. Di awal tahun ini, sejumlah emiten konstruksi mencatatkan kinerja positif. Namun menanjaknya kinerja tak seirama dengan pergerakan harga sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year to date (ytd), sebagian harga saham emiten konstruksi BUMN malah menyusut. Pada kuartal pertama tahun ini, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) meraih pendapatan Rp 3,81 triliun. Jumlah ini tumbuh 39,8% dibandingkan pendapatan di kuartal pertama tahun lalu senilai Rp 2,72 triliun. Adapun laba bersihnya menanjak 242% year-on-year (yoy) menjadi Rp 245,08 miliar. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) juga mencatatkan pertumbuhan kinerja gemilang. Pendapatan WSKT melonjak 115% year-on-year (yoy) menjadi Rp 7,15 triliun di kuartal pertama tahun ini. Sedangkan laba bersihnya melesat 263% (yoy) menjadi Rp 450 miliar.
Sejatinya, bukan hanya emiten konstruksi BUMN yang mencatatkan pendapatan positif di kuartal I 2017. PT Acset Indonusa Tbk (ACST) pun membukukan pertumbuhan laba sebesar Rp 30,6 miliar, atau naik 59% dibandingkan laba bersih di kuartal I 2016 sebesar Rp 19,2 miliar. Pencapaian tersebut turut ditopang oleh pertumbuhan pendapatan ACST sebesar 10,61% (yoy) menjadi sekitar Rp 506 miliar. Analis Binaartha Parama Sekuritas, Reza Priyambada menyebutkan, kinerja emiten konstruksi di awal tahun ini cukup memuaskan. Hal itu terutama dipicu oleh banyaknya proyek yang dikerjakan, seperti emiten konstruksi BUMN yang banyak mendapatkan proyek dari pemerintah. "Kinerja perusahaan konstruksi akan sangat bergantung dari seberapa besar nilai kontrak yang bisa diperoleh baik dari swasta maupun dari pemerintah," ujar Reza kepada KONTAN, Jumat (28/4). Kinerja emiten konstruksi juga didorong oleh perbaikan perekonomian dalam negeri, termasuk mulai munculnya permintaan properti. Dengan tumbuhnya proyek properti, maka kebutuhan akan infrastruktur semakin tinggi. Analis NH Korindo, Bima Setiaji mengemukakan, saat ini emiten konstruksi memiliki lonjakan order book yang besar. Apalagi, realisasi anggaran belanja pemerintah untuk infrastruktur di kuartal I 2017 sebesar 10% dari total APBN. Angka ini lebih tinggi dibandingkan porsi belanja infrastruktur di APBN tahun lalu yang sebesar 6,7%. "Pada kuartal I 2017, total kontrak baru seluruh emiten konstruksi BUMN mencapai Rp 62,7 triliun atau naik 282% (yoy)," ungkap dia, kemarin.