KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor menara telekomunikasi masih lesu. Kinerja beberapa emiten menara telekomunikasi mengalami kontraksi sepanjang semester I-2023. Ambil contoh, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 5,77 triliun per 31 Juni 2023. Nilai itu tumbuh 8,65% secara tahunan atau
Year on Year (YoY) dari Rp 5,31 triliun. Namun, laba bersih TOWR turun 7,8% YoY menjadi Rp 1,55 triliun secara tahunan dari Rp 1,69 triliun pada semester I-2023.
Nasib serupa juga terjadi pada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (
TBIG). Pendapatan emiten menara Grup Saratoga ini turun 0,71% YoY menjadi Rp 3,75 triliun dari Rp 3,3 triliun. Akibatnya, laba bersih TBIG anjlok 16,62% secara tahunan dari Rp 826,14 miliar per Juni 2023 dari Rp 688,79 miliar per Juni 2022.
Baca Juga: Kinerja Emiten Telekomunikasi Cenderung Naik, Cek Saham Rekomendasi Analis CEO Tower Bersama Infrastructure, Hardi Wijaya Liong mengatakan, penurunan itu disebabkan oleh berakhirnya masa sewa oleh Indosat Ooredoo Hutchison (IOH). "Habis masa sewanya tidak diperpanjang IOH karena ada konfigurasi ulang jaringan Indosat dan Hutchison 3 Indonesia setelah melakukan merger," kata Hardi, Selasa (2/8). Kendati begitu, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (
MTEL) alias Mitratel masih mampu mempertahankan pertumbuhan kinerjanya. Pendapatan dan laba bersih anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini naik. Laba tahun berjalan Mitratel mengembang 14,65% menuju Rp 1,02 triliun pada periode Januari–Juni 2023. Ini sejalan dengan lonjakan pendapatan sebesar 10,81% menjadi Rp 4,12 triliun.
Baca Juga: Laba Sarana Menara Nusantara (TOWR) Turun 7,8% pada Semester I/2023 Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama menyebut kekuatan kinerja MTEL berasal dari lini bisnis sewa alias
tower leasing, yang mana Mitratel punya jumlah menara yang gemuk. Hingga Juni 2023, MTEL tercatat memiliki 36.719 menara atau meningkat 27,6% secara tahunan. Mitratel juga mempunyai tenant atau penyewa sebesar 54.718, yang tumbuh 24,6% YoY. "Penguasaan jumlah menara sangat penting karena berdampak pada pertumbuhan bisnis. Ini mengapa Mitratel agresif menambah jumlah menara," ujar Hendra.
Baca Juga: Kinerja Tertekan, Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Tetap Genjot Ekspansi Dibayangi Suku Bunga
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mencermati pertumbuhan Mitratel sejatinya didorong oleh ekspansi yang dilakukan paruh pertama ini. Sepanjang semester I-2023, MTEL telah menambah 1,301 menara baru. Pada periode yang sama, Mitratel telah menggelar 10.628 km fiber optic secara organik. Menurut Fajar, potensi di sektor ini masih cukup baik. Namun perlu menjadi perhatian ialah emiten menara yang punya rasio utang tinggi karena akan membebani. "Perhatian bagi emiten menara yang sudah memiliki rasio utang cukup tinggi. Terlebih Bank Indonesia diproyeksikan belum akan menurunkan suku bunga," ujar dia.
Baca Juga: Jumlah Menara Jadi Pendorong Laba Mitratel (MTEL) Semakin Tebal Analyst CGS-CIMB Sekuritas Bob Setiadi mencermati ada potensi suku bunga telah mencapai level puncaknya. Ini akan menjadi katalis bagi para emiten menara telekomunikasi. Untuk itu, CGS-CMB Sekuritas menyematkan rekomendasi
overweight untuk sektor menara telekomunikasi. Apalagi ada potensi ekspansi fiber optic masih bisa bertumbuh. "Suku bunga telah mencapai puncaknya dan masih ada potensi kenaikan dari lini bisnis serat optik," ungkap Bob dalam riset Senin (31/7).
Baca Juga: Telkom (TLKM) Serap Capex Rp 15 Triliun pada Semester I, untuk Apa Saja? Dari ketiga pemain menara itu, saham pilihan CGS-CIMB Sekuritas jatuh pada TOWR dengan rekomendasi
add. Target harga TOWR ada di level Rp 1.015. Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menyarankan secara jangka pendek investor bisa
buy MTEL dengan
support Rp 620 dan
resistance di Rp 760. Investor juga bisa
buy on weakness TBIG dengan
support di Rp 1.580 dan
resistance di Rp 2.050. Kemudian
buy on weakness pada TOWR dengan
support Rp 885 dan
resistance di Rp 1.050. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati