Kinerja emiten menjadi bensin IHSG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen positif masih mampu menjadi motor penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Salah satunya, laporan keuangan emiten yang bakal dirilis dalam waktu dekat.

Meski IHSG sudah melaju cukup kencang pada awal tahun ini, analis memprediksi IHSG masih mampu melanjutkan kenaikan menuju level 6.700 hingga 7.000 di masa pengumuman kinerja keuangan emiten.

Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan mengatakan, rata-rata laba emiten sepanjang tahun lalu bisa tumbuh 18%-20%. Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra juga menilai, laba emiten tahun lalu akan mendaki sekitar 20%. Sebagai gambaran, per kuartal III-2017, laba 517 emiten telah naik 19,48% yoy.


Alfred mengatakan, beberapa kinerja keuangan emiten yang sudah terbit menunjukkan hasil sesuai ekspektasi. Misal, laba bersih PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang naik 10,7% year on year (yoy) dan laba bersih PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 20,1% yoy.

Aditya memprediksi, pada Februari mendatang, ada kemungkinan IHSG bisa menyentuh level 7.000. Lalu pada Maret 2018, IHSG akan kembali terkonsolidasi. "Dalam 10 tahun terakhir, IHSG di Februari punya probabilitas positif sekitar 78%-80%," ujar dia, akhir pekan lalu.

Namun, menurut Alfred, kenaikan IHSG di awal tahun ini sudah terlalu cepat. "Sehingga, pasar sudah mulai priced-in," imbuhnya. Sehingga, laju IHSG tak akan terlalu agresif saat emiten merilis laporan keuangan.

Jika memang hasil rilis kinerja emiten sesuai ekspektasi, Alfred memperkirakan IHSG akan menyentuh level 6.700 di Februari hingga Maret mendatang.

Waspadai risiko

Kenaikan indeks yang relatif cepat, turut diiringi faktor risiko yang harus diwaspadai. "Dikhawatirkan, nanti akan ada penurunan yang juga cepat. Dibutuhkan pembuktian kinerja kuartal I-2018 emiten," kata Alfred.

Selain itu, pasar juga perlu mencermati data ekonomi lainnya. Misalnya, pertumbuhan kredit perbankan yang diharapkan bisa mencapai 10%. Lalu, investor juga harus mencermati data pertumbuhan ekonomi. Alfred bilang, sejatinya ekonomi Indonesia minimal bisa tumbuh 5,1%.

Sementara itu, Aditya mengatakan, pada kuartal I-2018, sebaiknya pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2%–5,25%. "Ini angka yang bisa membuat pasar lebih percaya diri," imbuhnya.

Jika nantinya angka-angka indikator ekonomi tersebut tak tercapai, IHSG bisa dirundung katalis negatif. Aditya bilang, secara teknikal, IHSG masih bisa turun lagi ke level 6.400 jika terjadi koreksi.

Sejauh ini, Alfred menilai kinerja saham sektor konstruksi dan pertambangan punya potensi pertumbuhan tinggi sepanjang tahun lalu. Sementara itu, Aditya lebih menjagokan sektor perbankan dan barang konsumsi.

Lalu, pada tahun 2018 ini, Alfred meyakini laba emiten akan tumbuh di atas 20%. Namun, Aditya lebih optimistis terhadap kinerja emiten. Menurut hitungan dia, laba emiten di 2018 berpotensi tumbuh 22%–25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini