Kinerja emiten otomotif di 2014 tertekan



JAKARTA. Tahun 2014 menjadi masa suram bagi emiten yang berbisnis di bidang otomotif. Sejumlah perusahaan mencatatkan penurunan kinerja keuangan. Bahkan, ada emiten yang menderita kerugian pada tahun lalu.

Emiten yang mencatatkan kerugian adalah PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS). Sekretaris Perusahaan IMAS C. R. Susilowasti, dalam keterangan resminya, menyebutkan, IMAS menderita rugi bersih senilai Rp 147,49 miliar sepanjang 2014. Padahal, selama 2013, IMAS mampu mencetak laba bersih Rp 532,45 miliar.

Kerugian IMAS pada 2014 dipicu menyusutnya pendapatan bersih dari sebelumnya Rp 20,09 triliun menjadi Rp 19,45 triliun. Penurunan itu diperparah membengkaknya sejumlah beban perusahaan. Misalnya, beban penjualan naik 16,67% year-on-year (yoy) menjadi Rp 1,33 triliun. Beban umum dan administrasi juga meningkat 9,36% menjadi Rp 1,07 triliun.


Tak hanya itu, perusahaan milik Grup Salim ini juga harus menelan kerugian akibat entitas asosiasi senilai Rp 287,16 miliar. Beban keuangan IMAS pun melonjak 45,52% menjadi Rp 752,96 miliar. Belum lagi beban pajak penghasilan bersih senilai Rp 105,28 miliar.

Pemimpin industri otomotif nasional, PT Astra International Tbk (ASII), juga tertekan. Per akhir Desember 2014, ASII mencatatkan laba bersih Rp 19,18 triliun. Jumlah itu menyusut tipis dibandingkan laba 2013 senilai Rp 19,41 triliun. Adapun pendapatannya naik tipis dari Rp 193,88 triliun menjadi Rp 201,7 triliun.

Sejatinya, kinerja di hampir semua lini bisnis Grup Astra meningkat, kecuali sektor otomotif, infrastruktur, dan logistik. Laba bersih di divisi otomotif turun 14% menjadi Rp 8,5 triliun. Manajemen Grup Astra mengungkapkan, penurunan sektor otomotif lantaran masih maraknya perang diskon di pasar roda empat.

Selain mempengaruhi volume penjualan, margin keuntungan juga tergerus. PT Tunas Ridean Tbk (TURI) juga mengakui ketatnya persaingan bisnis. Rico Setiawan, Direktur Utama TURI, menyatakan, laba dari bisnis otomotif menyusut 37% menjadi Rp 122,5 miliar pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie