JAKARTA. Fundamental beberapa sektor saham yang sebelumnya menjadi lokomotif pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai terkuras. Bahana Securities memperkirakan, pertumbuhan kinerja emiten sektor perbankan, infrastruktur, semen dan properti melambat di kuartal III 2013.Padahal, sejak awal tahun, empat sektor itu selalu membukukan kenaikan kinerja keuangan paling tinggi dibanding sektor lain. "Pertumbuhan sektor-sektor tersebut di kuartal III 2013 tidak akan sekencang pada periode sama tahun lalu," ungkap Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities, Rabu (9/10).Dalam simulasi hitungan Bahana, emiten di sektor semen, paling dominan mencetak perlambatan pertumbuhan laba usaha serta laba bersih. Di kuartal III-2013, rata-rata laba usaha emiten semen diprediksi tumbuh 2,1% year on year (yoy). Padahal, di kuartal III-2012, pertumbuhan laba usaha emiten sektor ini mencapai 38,3%.Alhasil, Bahana menebak, rata-rata laba bersih emiten semen sampai kuartal III 2013 hanya akan naik 2,8%. Padahal, pertumbuhan rata-rata laba bersih kuartal III-2012 mencapai 41,8%.Emiten semen terimbas buruknya kinerja sektor properti dan infrastruktur. Hans Kwee, Direktur EMCO Asset Management menyatakan, dua sektor itu, properti dan infrastruktur, tengah menghadapi tekanan hebat akibat sebab yang beragam. Salah satunya adalah kenaikan harga material konstruksi impor seperti aspal, besi dan baja yang mencapai 17,5%."Padahal, sekitar 40% barang material itu mesti diimpor oleh emiten-emiten konstruksi kita," ungkap Hans.Laba bersih rata-rata emiten sektor infrastruktur sendiri diprediksi hanya akan tumbuh 8,3% di kuartal III 2013. Ini lebih rendah dari kenaikan rata-rata laba bersih emiten sektor infrastruktur di kuartal III-2012 sebesar 45,4%.Sektor properti mengalami hal serupa. Hitungan Bahana, di kuartal III-2013, rata-rata laba bersih emiten sektor properti diprediksi hanya tumbuh 17%. Angka ini lebih kecil dari pertumbuhan rata-rata laba bersih di 2012 sebesar 65,8%. Penyebabnya adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) yang terus mendongkrak suku bunga acuan (BI rate). Sebab lain adalah pengetatan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) yang tidak boleh menjual rumah inden.Sementara di sektor perbankan, Bahana memprediksi, hingga kuartal III-2013 hanya akan mencetak rata-rata laba operasional 9,2% yoy dari sebelumnya 17,4% yoy. Demikian juga dengan rata-rata laba bersih yang diprediksi hanya naik 12,5% yoy dari sebelumnya 21,8% yoy. "Pertumbuhan kredit bank melemah karena kian tingginya suku bunga acuan," jelas Harry.Prediksi sektoral ini tercermin juga pada emiten bank secara spesifik. Bahana memperkirakan, laba bersih PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) hanya naik 11,4% yoy di kuartal III-2013, lebih rendah dari periode sama 2012 yang sebesar 24,7% yoy.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kinerja emiten penggerak indeks melambat
JAKARTA. Fundamental beberapa sektor saham yang sebelumnya menjadi lokomotif pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai terkuras. Bahana Securities memperkirakan, pertumbuhan kinerja emiten sektor perbankan, infrastruktur, semen dan properti melambat di kuartal III 2013.Padahal, sejak awal tahun, empat sektor itu selalu membukukan kenaikan kinerja keuangan paling tinggi dibanding sektor lain. "Pertumbuhan sektor-sektor tersebut di kuartal III 2013 tidak akan sekencang pada periode sama tahun lalu," ungkap Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities, Rabu (9/10).Dalam simulasi hitungan Bahana, emiten di sektor semen, paling dominan mencetak perlambatan pertumbuhan laba usaha serta laba bersih. Di kuartal III-2013, rata-rata laba usaha emiten semen diprediksi tumbuh 2,1% year on year (yoy). Padahal, di kuartal III-2012, pertumbuhan laba usaha emiten sektor ini mencapai 38,3%.Alhasil, Bahana menebak, rata-rata laba bersih emiten semen sampai kuartal III 2013 hanya akan naik 2,8%. Padahal, pertumbuhan rata-rata laba bersih kuartal III-2012 mencapai 41,8%.Emiten semen terimbas buruknya kinerja sektor properti dan infrastruktur. Hans Kwee, Direktur EMCO Asset Management menyatakan, dua sektor itu, properti dan infrastruktur, tengah menghadapi tekanan hebat akibat sebab yang beragam. Salah satunya adalah kenaikan harga material konstruksi impor seperti aspal, besi dan baja yang mencapai 17,5%."Padahal, sekitar 40% barang material itu mesti diimpor oleh emiten-emiten konstruksi kita," ungkap Hans.Laba bersih rata-rata emiten sektor infrastruktur sendiri diprediksi hanya akan tumbuh 8,3% di kuartal III 2013. Ini lebih rendah dari kenaikan rata-rata laba bersih emiten sektor infrastruktur di kuartal III-2012 sebesar 45,4%.Sektor properti mengalami hal serupa. Hitungan Bahana, di kuartal III-2013, rata-rata laba bersih emiten sektor properti diprediksi hanya tumbuh 17%. Angka ini lebih kecil dari pertumbuhan rata-rata laba bersih di 2012 sebesar 65,8%. Penyebabnya adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) yang terus mendongkrak suku bunga acuan (BI rate). Sebab lain adalah pengetatan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) yang tidak boleh menjual rumah inden.Sementara di sektor perbankan, Bahana memprediksi, hingga kuartal III-2013 hanya akan mencetak rata-rata laba operasional 9,2% yoy dari sebelumnya 17,4% yoy. Demikian juga dengan rata-rata laba bersih yang diprediksi hanya naik 12,5% yoy dari sebelumnya 21,8% yoy. "Pertumbuhan kredit bank melemah karena kian tingginya suku bunga acuan," jelas Harry.Prediksi sektoral ini tercermin juga pada emiten bank secara spesifik. Bahana memperkirakan, laba bersih PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) hanya naik 11,4% yoy di kuartal III-2013, lebih rendah dari periode sama 2012 yang sebesar 24,7% yoy.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News