KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara masih membara. Tren kenaikan harga batubara ini dimanfaatkan oleh sejumlah emiten penunjang pertambangan untuk mengerek kinerja tahun 2022. Mengutip
Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman April 2022 ditutup di level US$ 195 per ton pada Jumat (11/2). Padahal di akhir Januari 2022, harga batubara masih berada di level US$ 181,95 per ton. Salah satu perusahaan yang dapat mengambil keuntungan dari kenaikan harga batubara ini adalah PT Samindo Resources Tbk (
MYOH). Perusahaan mengerek target volume pengupasan lapisan atau
overburden (OB)
removal tahun ini.
MYOH menargetkan volume pengupasan lapisan atau overburden removal sebesar 38 juta bank cubic meter (bcm) di tahun 2022. Target ini naik dibandingkan realisasi OB sepanjang tahun lalu sebanyak 36,4 juta bcm. Kepala Hubungan Investor Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir menyambut positif kenaikan harga batubara ini. Menurut dia, besar kemungkinan harga komoditas energi ini akan tetap tinggi.
Baca Juga: Samindo Resources (MYOH) Optimistis Harga Batubara Masih Solid Tahun Ini Terlebih saat ini sedang terjadi konflik antara Ukraina dengan Rusia yang akan mempengaruhi pasokan gas alam untuk
independent power producer (IPP). “Jadi kemungkinan besar batubara akan jadi opsi alternatif,” terang Zaki kepada Kontan.co.id, Minggu (13/2). Tak hanya emiten kontraktor tambang, kenaikan harga batubara juga membawa berkah bagi emiten penyedia jasa pengangkutan. Solidnya harga batubara turut mengerek kinerja PT Dana Brata Luhur Tbk (
TEBE). Direktur Dana Brata Luhur Hendy Narinda Dewantoro mengatakan, realisasi volume pengangkutan (
barging) tahun lalu mencapai 6.974.822 ton. Jumlah ini melesat 97% dari realisasi volume pengangkutan pada 2020 yang hanya 3.532.000 ton. Sementara untuk tahun ini, Hendy memproyeksi volume pengangkutan berada di angka 7 juta ton.”Proyeksi ini didorong oleh harga batubara yang diperkirakan masih cukup tinggi di tahun 2022,” kata Hendy kepada Kontan.co.id, baru-baru ini. Untuk mencapai target yang dipasang, TEBE akan menganggarkan belanja modal atau
capital expenditure (capex) sekitar Rp 41 miliar. Capex ini akan digunakan TEBE untuk peremajaan armada truk.
Membaranya harga batubara juga turut membawa hawa optimistis bagi emiten penjual alat berat. PT United Tractors Tbk (
UNTR) misalnya, menargetkan mampu menjual 3.700 unit alat berat di tahun ini. Proyeksi tersebut naik 23,3% dari target penjualan Komatsu yang dipasang pada tahun lalu, di angka 3.000 unit. Target ini dipasang dengan menimbang adanya permintaan dari semua sektor, khususnya dari sektor pertambangan dan sektor konstruksi. Anak usaha PT Astra International Tbk (
ASII) tersebut mencatatkan penjualan alat berat Komatsu sebanyak 2.950 unit hingga November 2021. Jumlah ini melesat 99,18% dari realisasi penjualan Komatsu pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1.481 unit. Penjualan alat berat didominasi oleh sektor pertambangan, yakni sebanyak 53%, disusul ke sektor konstruksi sebanyak 25%, sektor kehutanan sebanyak 12%, dan sektor agribisnis sebanyak 10%.
Baca Juga: Intraco Penta (INTA) Targetkan Volume Penjualan Alat Berat Capai 409 Unit di 2022 Untuk menunjang bisnis, tahun ini UNTR mengalokasikan belanja modal sekitar US$ 750 juta yang sumber dana seluruhnya berasal dari kas internal.
Setali tiga uang, PT Intraco Penta Tbk (
INTA) juga menggenjot target bisnis tahun ini. INTA memasang target penjualan alat berat sebanyak 409 unit atau dengan nilai sebesar Rp 348 miliar. Target ini meningkat sekitar 39% secara secara nilai dan naik sekitar 17% secara jumlah unit dibandingkan penjualan selama tahun 2021. Sekretaris Perusahaan Intraco Penta, Astri Duhita Sari tidak menampik harga komoditas yang masih tinggi turut mendorong penjualan INTA. “Tingkat penjualan alat berat INTA untuk komoditas termasuk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan batubara cukup meningkat di tahun 2022,” terang Astri kepada Kontan.co.id, Jumat (11/2). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari