KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu mencetak kinerja yang bervariasi sepanjang tahun 2023. Emiten induk Grup Barito, PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) membukukan lonjakan bottom line yang signifikan, meski secara pendapatan mengalami penurunan. Pada tahun buku 2023, pendapatan BRPT merosot 6,75% secara tahunan (Year on Year/YoY) dari US$ 2,96 miliar menjadi US$ 2,76 miliar. Meski begitu, laba tahun berjalan BRPT melejit 209,74% (YoY) dari US$ 32,21 juta menjadi US$ 99,77 juta. Laba bersih BRPT meroket lebih tinggi dengan kenaikan 1.392% secara tahunan menjadi US$ 26,11 juta pada 2023. Dibandingkan US$ 1,75 juta sebagai laba bersih tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk BRPT pada 2022.
Direktur Barito Pacific Agus Salim Pangestu menjelaskan lonjakan laba bersih konsolidasi setelah pajak terutama ditopang oleh peningkatan pendapatan operasional. Meskipun terjadi ketidak-seimbangan pada pasokan dan permintaan sektor petrokimia global, Agus bilang bahwa BRPT berhasil memitigasi kerugian dan mempertahankan keunggulan operasional sepanjang tahun 2023.
Baca Juga: Cetak Kinerja Beragam, Ini Rekomendasi Saham Konstituen LQ45 yang Masih Bisa Dilirik Capaian ini ditambah dengan kinerja yang stabil dari segmen panas bumi, menghasilkan EBITDA tahun 2023 yang lebih kuat sebesar US$ 612juta ( naik 28.8% YoY) serta peningkatan margin EBITDA sebesar 614 basis poin menjadi 22.2%. "Di tengah ketidakpastian perekonomian global, kami terus menjaga neraca keuangan yang sehat, dengan utang bersih terhadap ekuitas tetap stabil di angka 0.60x, yang menunjukkan ketahanan struktur permodalan kami di tengah ekspansi organik dan anorganik," ungkap Agus dalam, keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Kamis (28/9). Anak usaha BRPT di sektor panas bumi, PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) mengalami pertumbuhan kinerja secara top line maupun bottom line. Pendapatan BREN naik 4,41% (YoY) menjadi US$ 594,93 juta. Sementara laba bersih BREN tumbuh 17,87% (YoY) US$ 107,41 juta. Berbeda nasib dengan anak usaha BRPT di sektor petrokimia, PT Chandra Asri Pacific Tbk (
TPIA). Pendapatan TPIA merosot 9,24% (YoY) menjadi US$ 2,16 miliar. TPIA pun masih mencatatkan kerugian US$ 33,57 juta. Hanya saja, kerugian TPIA sudah berkurang, terpangkas 77,54% (YoY) dibandingkan US$ 149,53 juta pada 2022. Sementara emiten tambang batubara milik Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (
CUAN) mengalami penurunan kinerja. Pendapatan turun tipis 1,32% (YoY) menjadi Rp 1,49 triliun. Namun laba bersih turun lebih dalam sebanyak 58,25% (YoY) menjadi Rp 238,32 miliar.
Rekomendasi Saham
Analis Stocknow.id M.Thoriq Fadila melihat kinerja emiten Grup Barito cenderung konsisten dan terbilang cukup apik. Thoriq menyoroti induk usahanya, BRPT yang mencetak lonjakan laba signifikan, meski mengalami penurunan pendapatan. "Hal ini pertanda bahwa BRPT mampu meminimalisir beban yang ada pada perusahaan, sehingga laba tidak tergerus. Hal ini serupa dengan BREN, anak usaha BRPT yang fokus terhadap energi terbarukan pun juga memiliki laba bertumbuh," ungkap Thoriq kepada Kontan.co.id, Minggu (31/3). Kinerja BREN juga terdorong tren energi terbarukan yang cukup masif pada tahun 2023. Sementara TPIA masih mengalami rugi bersih karena harga pokok penjualan dan beban yang cukup tinggi. Sedangkan penurunan kinerja CUAN sejalan dengan anjloknya harga batubara dalam satu tahun terakhir.
Thoriq memprediksi langkah Grup Barito masih akan ekspansif, ditopang dengan segmen energi terbarukan yang prospektif ke depannya. Dari sisi pergerakan saham, Grup Barito pun telah melonjak tinggi pada tahun lalu. "Perusahaan Grup Barito milik Prajogo Pangestu terkenal di tahun 2023, terbukti bahwa harga sahamnya sangat menguat signifikan. Untuk tahun 2024 saya rasa masih cukup bagus, namun tidak sebaik tahun 2023," terang Thoriq. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menyoroti TPIA yang tampak masih dalam tekanan. Terlihat dari penurunan pendapatan dan bottom line yang masih merugi. Sedangkan kinerja BREN tumbuh terdorong oleh kenaikan produksi listrik panas bumi dan peningkatan tarif, yang sekaligus terjadi kenaikan dari sisi margin. "Kami sendiri melihat BREN di tahun 2024 masih memiliki peluang pertumbuhan yang cukup menarik dimana rencana ekspansi untuk mengoperasikan kapasitas sebesar 1.300 MW pada tahun 2028 kami kira bisa mendongkrak kinerja emiten ini ke depannya," ungkap Miftahul.
Baca Juga: Emiten Grup Barito Bukukan Kinerja Beragam Sepanjang 2023, Simak Rekomendasi Sahamnya Meski begitu, Miftahul masih menyarankan
wait and see terlebih dulu terhadap saham-saham Grup Barito, menanti momentum yang tepat saat valuasi sudah lebih murah. "Kami masih merekomendasikan wait and see karena market value yang masih cukup premium," tandas Miftahul. Sedangkan Thoriq melirik saham BRPT dan BREN. Dia merekomendasikan buy saham BRPT pada harga Rp 945 - Rp 950, dengan target harga di Rp 1.015 - Rp 1.060. Kemudian, buy sham BREN pada harga Rp 5.350 - 5.450, dengan target harga Rp 5.900 - Rp 6.250.
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan
wait and see untuk saham BRPT dan CUAN. Lalu
trading buy terhadap saham TPIA dan BREN. Terhadap saham BRPT, cermati support di Rp 925 dan resistance di Rp 9.85. Untuk CUAN, support di Rp 4.430 dan resistance pada Rp 5.375. Selanjutnya, untuk saham TPIA perhatikan support Rp 5.425 dan resistance Rp 5.950, dengan target harga di Rp 6.150 - Rp 6.225. Kemudian, cermati support Rp 5.100 dan resistance Rp 5.500 untuk sham BREN, dengan target harga di Rp 5.700 - Rp 5.800. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari