KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten properti kawasan industri mencatatkan pertumbuhan kinerja di sembilan bulan pertama tahun 2024. Melansir laporan keuangan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Surya Semesta Internusa Tbk (
SSIA) mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp 3,86 triliun per kuartal III 2024. Raihan ini naik 27,85% secara tahunan alias
year on year (yoy) dari Rp 3,02 triliun per kuartal III 2023. Per akhir September 2023, pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi keluar sebesar Rp 1,68 triliun. Sementara, pos tersebut kosong pada periode sama tahun ini.
Baca Juga: Surya Semesta (SSIA) Catat Laba Bersih Rp 228,41 Miliar per Kuartal III 2024 Alhasil, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar Rp 228,41 miliar di kuartal III 2024. Ini berbanding terbalik dari rugi bersih Rp 23,69 miliar pada periode sama tahun lalu. VP of Investor Relations & Corporate Communications PT Surya Semesta Internusa Tbk Erlin Budiman mengatakan, peningkatan pendapatan pada periode ini terutama didorong oleh pendapatan konstruksi yang meningkat sebesar 26,7% yoy ke Rp 532,9 miliar. Sementara, pendapatan dari segmen properti dan perhotelan SSIA meningkat masing-masing sebesar 63,4% yoy ke Rp 262,3 miliar dan 23,3% yoy ke Rp 155,0 miliar. Peningkatan laba kotor didorong oleh peningkatan laba kotor properti sebesar 138,6% yoy ke Rp 221,1 miliar dan peningkatan laba kotor perhotelan sebesar 27,1% ke Rp 117,7 miliar.
SSIA juga mencatatkan EBITDA per 30 September 2024 meningkat sebesar 94,3% yoy menjadi Rp 660,0 miliar, dari sebelumnya Rp 339,7 miliar pada periode sama tahun lalu. Ini sebagai hasil dari peningkatan EBITDA properti sebesar 235,7% yoy ke Rp 196,7 miliar.
Baca Juga: Jababeka Luncurkan Produk Komersial Multifungsi, Harga Mulai Rp 1,4 Miliar “Naiknya laba bersih perseroan sebagai hasil dari peningkatan
net profit properti sebesar 949,9% yoy ke Rp 266,6 miliar,” ujarnya dalam keterbukaan informasi, Selasa (5/11). Laba bersih emiten pengembang kota Deltamas, PT Puradelta Lestari Tbk (
DMAS) berhasil melesat 84,7% yoy ke Rp 1,12 triliun per kuartal III 2024. DMAS membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 1,68 triliun hingga kuartal III 2024, melonjak 71,79% yoy. Direktur Puradelta Lestari Tondy Suwanto menjelaskan, segmen industri menjadi penyumbang utama pundi-pundi pendapatan sebesar Rp 1,5 triliun atau sekitar 91,1% dari pendapatan usaha DMAS. Dia bilang, sebagian besar pendapatan
DMAS di sembilan bulan pertama di 2023 berasal dari penjualan lahan industri, khususnya kepada sektor data center yang berkontribusi sebesar 64,5%. “Hingga saat ini, sektor data center masih menjadi primadona di segmen industri," jelas Tondy dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (29/10). PT Jababeka Tbk (KIJA) mencatatkan pendapatan total sebesar Rp 3,367 triliun untuk periode Januari-September 2024, naik 47% yoy. Hingga akhir September 2024 KIJA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 769,7 miliar, meningkat dibandingkan dengan Rp 231,9 miliar pada periode yang sama tahun 2023.
Baca Juga: Dukung Kelancaran Logistik, Pelindo Perkuat Integrasi KEK JIIPE dengan Pelabuhan Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama melihat, kinerja emiten properti kawasan industri di kuartal III dipengaruhi oleh sejumlah sentimen positif terkait investasi di sektor industri pada periode ini. Misalnya saja, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatatkan realisasi investasi kuartal III 2024 sebesar Rp 431,38 triliun. Secara terperinci, realisasi penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 232,65 triliun, tumbuh 18,55 % yoy. PMA masih menjadi penyumbang terbesar realisasi investasi pada periode kuartal III tahun ini, dengan kontribusi sebesar 53,92%. “Permintaan akan kawasan industri masih tinggi lantaran prospek industrialisasi Indonesia masih progresif ke depan,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (6/11). Ke depan, kinerja emiten properti kawasan industri masih berpotensi berkinerja baik. Sentimen utama berasal dari potensi pemangkasan suku bunga The Fed dan kebijakan
tax holiday yang diperpanjang hingga akhir tahun 2024. The Fed diyakini akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) dalam FOMC tanggal 6-7 November 2024. Sementara, pemerintah Indonesia memperpanjang fasilitas
tax holiday untuk industri pionir hingga Desember 2025. Berdasarkan catatan KONTAN, Menteri Investasi dan Hilirisasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan bahwa perpanjangan tersebut dikarenakan insentif
tax holiday mampu menarik investasi. Hal ini terlihat proporsi investasi yang masuk dari pemberian insentif tax holiday sebesar 25% dari realisasi investasi. “Kedua hal itu bisa menjadi sentimen positif untuk kinerja para emiten properti kawasan industri, mengingat PMA juga tengah bertumbuh di kuartal III,” ungkapnya. Melansir RTI, harga saham beberapa emiten properti kawasan industri juga tengah meningkat sejak awal tahun 2024 alias
year to date (ytd). Harga saham SSIA naik 160,37% ytd dan KIJA naik 41,79% ytd. Sementara, kinerja saham DMAS turun 1,23% ytd. “Ini mencerminkan investor mengapresiasi kinerja sejumlah emiten properti kawasan industri itu,” tuturnya. Nafan merekomendasikan
hold untuk
SSIA dengan target harga Rp 970 per saham. Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan saham
SSIA ada di level support Rp 960 per saham dan resistance Rp 1.285 per saham. SSIA direkomendasikan buy on weakness dengan target harga Rp 1.285 per saham.
Sementara, pergerakan saham KIJA ada di level support Rp 180 per saham dan resistance Rp 206 per saham. William pun merekomendasikan wait and see untuk KIJA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi