KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis menilai kinerja emiten ritel konvensional lebih baik dibandingkan emiten ritel lifestyle. Meski begitu investor harus tetap hati-hati lantaran adanya efek dari berbagai kebijakan moneter. Sebagai informasi, PT Matahari Department Store Tbk (
LPPF) membukukan penjualan sebesar Rp 12,4 triliun pada 2022. Penjualan LPPF tumbuh 20,7% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 10,3 triliun. Matahari mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,4 triliun pada 2022, tumbuh 51,5% jika dibandingkan pada 2021 sebesar Rp 913 miliar.
Adapun PT Midi Utama Indonesia Tbk (
MIDI) berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 15,62 triliun sepanjang tahun 2022. Kinerja ini naik 15,01% dari periode sama 2021 lalu yang sebesar Rp 13,58 triliun. MIDI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 398,91 miliar atau naik 47,91% dari periode yang sama tahun sebelumnya 2021sebesar Rp 268,68 miliar.
Baca Juga: Kimia Farma Tbk (KAEF) Targetkan Pendapatan Sebesar Rp 11,6 Triliun pada 2023 Sementara, PT Matahari Putra Prima Tbk (
MPPA) berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 7,01 triliun sepanjang tahun 2022. Kinerja ini naik 5,44% dari periode sama 2021 lalu yang sebesar Rp 6,65 triliun. Tetapi, rugi periode berjalan MPPA melonjak 126,48% menjadi Rp 429,63 miliar pada 2022 dari periode sama 2021 lalu yang sebesar Rp 3,37 miliar. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai saat terjadinya kasus Covid-19 telah mengubah pola pikir masyarakat dalam berbelanja yang cenderung membeli hal yang dibutuhkan dibandingkan apa yang diinginkan. "Tentu ini sesuatu yang baik karena secara kesejahteraan meningkat dan mengubah ke arah yang lebih positif," Jelasnya. Selain itu, Nico melihat daya beli masyarakat mulai pulih pasca covid-19 sehingga bisnis fashion dan ritel cukup baik. Serta didorong oleh penetrasi penggunaan channel digital yang meningkatkan daya beli masyarakat dalam berbelanja. "Kebutuhan seperti berbelanja konvensional seperti di AMRT juga tetap menjadi yang utama, dan bisnis fashion seperti di MAP menyusul dibelakangnya," tuturnya.
Nico menambahkan bisnis fashion akan mampu bersaing melalui channel digital ditambah dengan adanya diskon, sehingga porsi belanja fashion akan terap terjaga.
Baca Juga: Bidik Laba Rp 130 Miliar, Kimia Farma (KAEF) Siapkan Capex Rp 1,3 Triliun Sementara, CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo mengatakan bisnis emiten ritel konvensional yang berfokus pada barang-barang kebutuhan primer masih mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba hingga kuartal I-2023. Di sisi lain, positifnya kinerja emiten ritel konvensional berbanding terbalik pada kinerja rata-rata emiten di sub sektor ritel lifestyle yang berfokus pada barang sekunder dan tersier justru mulai mengalami penurunan di pos laba, baik laba operasional maupun laba bersih.
Editor: Noverius Laoli