KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen diprediksi rawan terkena sentimen negatif di sisa tahun 2023. Namun, bukan berarti kinerja emiten semen tanpa peluang. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, kapasitas produksi semen saat ini sekitar 119,8 juta ton, sementara permintaannya sebesar 67,5 juta ton. Artinya, masih terdapat jarak yang sangat jauh antara kapasitas produksi semen dengan permintaan pasar akan semen.
“Ini menyebabkan pasar semen akan rawan kelebihan pasokan, meskipun ada peningkatan permintaan terkait kenaikan anggaran infrastruktur Tahun Anggaran 2024 dan semakin pulihnya bisnis di sektor properti,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (12/9).
Baca Juga: Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Perluas Footprint ke Sejumlah Wilayah di Indonesia Di semester II 2023, Pandhu melihat seharusnya masih ada peningkatan permintaan secara volume, seperti yang tercermin pada kinerja semester I 2023. “Diperkirakan tingkat pertumbuhan permintaan akan mencapai kisaran 3% per tahun hingga tahun 2025 nanti,” tuturnya. Sentimen pemberat yang dihadapi emiten semen adalah kenaikan harga minyak dan batubara dalam beberapa bulan terakhir. Hal tersebut dapat membuat biaya bahan bakar untuk produksi dan biaya angkutan otomatis akan meningkat, sehingga menggerus laba emiten semen. “Misalnya, saat konflik Rusia-Ukraina kembali memanas beberapa bulan lalu dan meningkatkan harga komoditas, laba perseroan terpangkas cukup dalam,” paparnya. Permintaan untuk semen juga diharapkan masih berjalan dari proyek konstruksi dan infrastruktur yang eksisting, terutama dari proyek pembangunan IKN. Meskipun begitu, nilainya mungkin tidak akan terlalu signifikan. “Sedangkan, permintaan semen dari sektor properti diperkirakan masih cenderung stagnan jika dilihat dari target marketing sales sebagian perusahaan yang cenderung flat,” ungkapnya. Pandhu mengatakan, proyek baru di bidang infrastruktur juga relatif sepi menjelang pemilu. Hal itu dikhawatirkan akan membuat permintaan semen melambat. Kondisi ini membuat pasar rawan oversupply semen, sehingga dapat memicu perang harga. Secara historis, kinerja emiten sektor semen, seperti SMGR dan INTP, akan lebih kencang pada semester kedua di tiap tahunnya.
Baca Juga: Kinerja Emiten Semen Diproyeksi Positif, Cermati Saham Rekomendasi Analis “Sehingga, kinerja emiten semen diperkirakan masih akan melaju secara kuartalan di semester II 2023. Namun, secara year on year, kinerja mungkin masih akan cenderung stagnan,” katanya. Pandhu merekomendasikan hold untuk SMGR dan INTP dengan target harga masing-masing Rp 7.700 dan Rp 11.900 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi