KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten semen memasang target optimistis tahun ini. Sejumlah proyek dan rencana pembangunan menjadi pendorong penjualan tahun ini. Yang terbaru, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (
SMCB) memproyeksikan pertumbuhan volume penjualan berada di rentang 2% sampai 4% tahun ini. Direktur Utama SMCB Lilik Unggul Raharjo menilai, pasar semen domestik saat ini masih dihantui masalah kelebihan pasokan alias oversupply.
Dia menyebutkan, dari 119 juta ton kapasitas pabrik yang terpasang seluruh Indonesia, hanya 63 juta ton atau setara 52% yang terserap pada tahun lalu. Adapun tingkat utilisasi SMCB berada di atas utilisasi domestik, yakni 70%. Sebagai perbandingan, SMCB membukukan volume penjualan semen dan terak sebanyak 13,14 juta ton sepanjang 2022. Realisasi ini menurun 2,32% dari penjualan di tahun 2021 yang sebesar 13,45 juta ton. Sementara per kuartal pertama 2023, SMCB mencatatkan volume penjualan sebesar 3.14 juta ton atau lebih rendah 8% ketimbang realisasi penjualan pada kuartal pertama 2022 yang mencapai 3.38 juta ton.
Baca Juga: Indocement (INTP) Yakin Permintaan Semen Meningkat Usai Libur Lebaran Di sisi lain, kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) membaik. Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, volume penjualan INTP di tiga bulan pertama 2023 lebih tinggi 3% dari periode yang sama tahun lalu, dimana di periode tersebut INTP berhasil menjual 4,1 juta ton semen. Adapun faktor yang mendorong kenaikan penjualan, diantaranya yakni optimisme masyarakat yang semakin membaik seiring dengan meredanya pandemi Covid 19. Kenaikan volume penjualan dibarengi dengan harga jual rata rata semen yang juga lebih baik dari periode lalu. Sejalan, pangsa pasar INTP di wilayah Indonesia Timur juga meningkat. “Sejauh ini (penjualan) masih seiring dengan target,” kata Marcos. Produsen semen merk Tiga Roda tersebut menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 2% hingga 4% untuk tahun ini. Angka tersebut sejalan dengan estimasi pertumbuhan penjualan semen domestik nasional. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Daniel Aditya Widjaja mengatakan, jika melihat data historis, volume penjualan semen pada semester pertama biasanya akan lebih rendah dari semester kedua. Volume penjualan yang lebih rendah ini karena adanya musim penghujan dan juga libur periode Ramadan. Sejak 2018, penjualan domestik pada kuartal pertama dan kedua hanya menyumbang 20% sampai 23% dari volume penjualan tahunan. Penjualan semen biasanya mulai meningkat di kuartal ketiga dengan peningkatan volume penjualan rata-rata mencapai 30,4%. Daniel melihat potensi katalis lain untuk mendongkrak penjualan semen, yaitu momentum pemilihan umum (Pemilu) yang akan diadakan pada kuartal pertama 2024. Pemilu akan mendorong peningkatan permintaan dan daya beli masyarakat, terutama di pasar ritel (semen kantong). Setelah mengalami masa yang cukup sulit di awal tahun, pemulihan penjualan semen sudah mulai terlihat terutama di pekan awal bulan Mei 2023 setelah libur Idul Fitri. Daniel melihat volume penjualan semen akan terus mengalami peningkatan hingga kuartal keempat 2023 dengan katalis dari pembangunan ibukota baru di Kalimantan, yang tercermin dari pertumbuhan penjualan di daerah luar Jawa yang terus mencatatkan kinerja yang fantastis. “Kami tetap mempertahankan proyeksi untuk volume penjualan semen nasional dapat tumbuh 2%-3% year-on-year (YoY) pada 2023,” kata Daniel, Jumat (19/5). Analis Ciptadana Sekuritas Asia Muhammad Gibran industri semen juga diddukung penurunan harga batubara yang menjadi salah satu contributor terbesar biaya produksi. Penurunan harga batubara diperkirakan akan memangkas biaya produksi beberapa produsen semen di tahun ini dan tahun depan.
Baca Juga: Jadwal Pembagian Dividen Indocement (INTP) Rp 548,97 Miliar Proyeksi Ciptadana Sekuritas, harga batubara rata-rata diproyeksikan menurun menjadi US$ 220 per ton di 2023 dan US$ 160 per ton di 2024. Penurunan harga batubara termal diharapkan dapat meringankan biaya bahan bakar bagi produsen semen. Ciptadana Sekuritas Asia menaikkan rating di sektor semen dari netral menjadi Overweight seiring ekspektasi membaiknya permintaan dan prospek laba bersih emiten. Gibran menjadikan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sebagai pilihan utama alias top picks karena emiten pelat merah ini memiliki pricing power yang solid, didukung oleh dominasi pasar dan penurunan biaya dari pelemahan harga batubara yang lebih rendah. Dia merekomendasikan beli SMGR dengan target harga Rp 9.400.
Selain itu, INTP juga dinilai atraktif karena inisiatifnya dalam efisiensi biaya dan posisi neraca yang solid. Dia menyematkan rating beli saham INTP dengan target harga Rp 12.500. Sementara Samuel Sekuritas menegaskan rating netral untuk sektor semen dengan rekomendasi buy saham SMGR dengan target harga Rp 7.630 dan buy INTP dengan target harga Rp 12.200. Namun, risiko utama dari rekomendasi ini yakni menurunnya permintaan semen dan kenaikan biaya distribusi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi