KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen Indonesia menunjukkan tren stagnan bahkan penurunan di kuartal ketiga tahun ini. Melansir laporan keuangan di keterbukaan informasi di BEI, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melaporkan pendapatan neto Rp 13,32 triliun pada kuartal III 2024, hanya naik 3,03% YoY dari Rp 12,92 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, PT Cemindo Gemilang Tbk (Semen Merah Putih) justru mengalami penurunan pendapatan sebesar 5,34% YoY, tercatat Rp 6,49 triliun hingga kuartal III 2024 dari Rp 6,86 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam upaya meningkatkan permintaan, pemerintah mengusulkan program pembangunan 3 juta rumah. Program ini diharapkan mendongkrak kebutuhan semen nasional yang lesu. Menurut Dani Handajani,
Corporate Secretary INTP, perseroan menyambut baik program ini dan siap memasok kebutuhan semen, namun masih menunggu rincian lokasi serta skema pendanaan dari pemerintah.
Baca Juga: Kinerja Industri Melemah Sepanjang 2024, Begini Tanggapan Hippindo "Tetapi kami masih menunggu penjelasan lebih detail mengenai dimana lokasi dan juga pendanaan yg direncanakan oleh pemerintah dalam melaksanakan program tersebut," kata Dani kepada KONTAN, Kamus (7/11)z Selain itu, Cemindo Gemilang mengandalkan inovasi modular pracetak untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang cepat dan efisien melalui anak perusahaan PT Motive Mulia, yang memproduksi beton modular pracetak. Menurut Direktur Operasional PT Motive Mulia, Akhmad Syamsuddin, solusi ini dapat memangkas waktu dan biaya pembangunan rumah, menjadikannya pilihan tepat untuk mempercepat pembangunan hunian di kawasan perkotaan. "Untuk produk
Prefabricated Modular Concrete ini, kami juga sudah sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menggunakan semen non-opc untuk mendukung
sustainable construction, berkolaborasi dengan induk perusahaan kami Semen Merah Putih,” jelas Akhmad dalam keterangan resminya, Kamis (7/11). Sementara itu, berdasarkan catatan kontan, Lilik Unggul Raharjo, Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI), menyatakan bahwa target pembangunan sejuta rumah per tahun sudah berjalan, dengan capaian 66% hingga Juli 2024. Berdasarkan estimasi ASI, kebutuhan semen untuk program 3 juta rumah akan mencapai tambahan 5,8 juta ton. Namun, implementasi penuh program ini masih perlu didukung oleh realisasi anggaran, yang mengalami penurunan di RAPBN 2025 menjadi Rp 400,3 triliun dari Rp 422,7 triliun pada 2024, yang berpotensi mengurangi kebutuhan semen sekitar 5%. Lilik memaparkan bahwa industri semen dihadapkan pada tantangan kondisi
oversupply dengan utilisasi kapasitas produksi yang rendah, yakni sekitar 56%. Hal ini menyebabkan inefisiensi produksi dan pentingnya kebijakan moratorium pembangunan pabrik baru untuk menjaga keseimbangan pasokan. Di sisi distribusi, aturan
Zero Over Dimension and Over Load (Zero ODOL) yang akan diterapkan pemerintah turut menjadi tantangan. Diperlukan peningkatan kapasitas armada angkut hingga 155% untuk memenuhi aturan ini, yang akan berdampak pada kenaikan biaya logistik.
Meski demikian, industri semen tetap berupaya mendukung inisiatif dekarbonisasi nasional, seperti program
Net Zero Emission (NZE) 2050. ASI mengharapkan dukungan dari pemerintah untuk mempercepat adopsi semen ramah lingkungan dan memberikan insentif seperti skema Nilai Ekonomi Karbon guna memotivasi industri dalam implementasi dekarbonisasi. "Secara keseluruhan, meski program 3 juta rumah diharapkan mendongkrak permintaan semen, efeknya diprediksi belum signifikan pada tahun pertama implementasi. Pemulihan kinerja emiten semen akan bergantung pada kebijakan pemerintah terkait anggaran infrastruktur dan dukungan pada industri yang berkelanjutan," pungkasnya.
Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) Siap Tangkap Peluang Program 3 Juta Rumah Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati