KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badai menghampiri sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Mulai dari pelemahan rupiah, penurunan permintaan pasar yang berujung pada PHK.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama, Nicodimus Kristiantoro menjelaskan prospek emiten tekstil masih akan terkendala oleh depresiasi rupiah. Mengingat mayoritas emiten TPT masih impor bahan baku. "Pasar ekspor sepi juga berimbas menurunnya nilai penjualan emiten tekstil. Seperti yang terjadi pada emiten PBRX dan emiten tekstil lainnya," jelasnya kepada Kontan, Senin (7/11).
Menilik laporan keuangan perseroan, PT Pan Brothers Tbk (PBRX) mencatatkan penurunan penjualan. Per September 2022, PBRX mengantongi penjualan US$ 501,96 juta atau turun 1,15% secara tahunan alias
year on year (YoY).
Baca Juga: Adi Sarana (ASSA) Perkuat Logistik, Tambah Investasi Sektor Cold Chain Penurunan penjualan juga terjadi pada PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX) dari Rp 8,95 miliar pada akhir September 2021, menjadi Rp 5,90 miliar di akhir September 2021. Nilai itu turun 34,12% secara tahunan. Namun tak semua emiten tekstil bernasib sama dengan PBRX dan HDTX. Misalnya, PT Ever Shine Tex Tbk (ESTI) mencatatkan pertumbuhan penjualan 4,37% yoy menjadi US$ 22,67 juta. Kenaikan penjualan juga terjadi pada PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) sebesar 18,44% yoy menjadi US$ 756,50 juta. Penjualan PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) juga meningkat 19,63% menjadi US$ 316,14 juta.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia menilai kesulitan sektor tekstil datang dari ketergantungan transaksi dengan menggunakan dolar AS. Pasalnya, penggunaan mata uang lokal menjadi salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS. "Pada industri tekstil ini kebanyakan pemain lebih memiliki transaksi dengan menggunakan dolar AS. Jadi sulit buat para pemain tekstil untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS," ungkap Liza.
Baca Juga: Paramita Bangun Sarana (PBSA) Pertahankan Bisnis Pengolahan Limbah Meski secara
top line mengalami peningkatan, laba bersih para emiten tekstil ini masih tertekan. Dari enam emiten yang sudah merilis kinerja hingga kuartal III-2022, laba bersih ESTI anjlok paling dalam 96,46% menjadi US$ 34,98 ribu. Kemudian disusul PT Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM) yang laba bersihnya tersungkur 92,62% secara tahunan menjadi Rp 4,97 miliar. Laba bersih PBRX juga tergerus 32,29% menjadi US$ 12,87 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi