KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua emiten komoditas milik Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (
ENRG) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (
BRMS) kompak mencetak pertumbuhan kinerja sepanjang sembilan bulan pertama di 2022 ini. ENRG berhasil mengantongi penjualan bersih senilai US$ 344 juta atau naik 16,38% secara tahunan alias
year on year (YoY). Laba bersih ENRG melejit 145,36% secara tahunan menjadi US$ 44,08 juta. Sementara, BRMS membukukan pendapatan senilai US$ 8,32 juta per akhir September 2022. Anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ini membukukan laba bersih senilai US$ 6,47 juta atau naik 5,80% YoY.
Baca Juga: 10 Saham Ini Jadi Top Leaders IHSG Oktober 2022, Simak Prospek dan Rekomendasinya Pertumbuhan kinerja kedua emiten itu sejalan juga dengan kenaikan pergerakan harga saham keduanya. Sejak awal tahun hingga Selasa (1/11), ENRG sudah melonjak 229,41% ke level Rp 336 sejak awal tahun. Kemudian saham BRMS sudah naik 52,59% ke level Rp 177 secara ytd. Tak mau ketinggalan, saham BUMI juga turut meroket 173,13% di poisi Rp 183 setiap saham sejak awal tahun. Research & Consulting Manager Infovesta Utama, Nicodimus Kristiantoro menuturkan ketiga harga saham ini memang banyak dipengaruhi
commodity booming yang mendongkrak pendapatan.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bumi Resources Minerals (BRMS) Kompak Naik pada Kuartal III "Namun ketika tahun depan harga komoditas mungkin tidak akan setenar sekarang, kondisi pendapatan perusahaan berpotensi menurun jika tidak diantisipasi dengan baik," kata Nico kepada Kontan, Selasa (1/11). Kalau dilihat dengan
price to earning ratio (PER), ENRG dan BUMI yang tergolong di sub sektor minyak, gas dan batubara sudah ketinggian alias kemahalan. Adapun PER ENRG sebesar 10,80 kali dan BUMI 12,95 kali. Dalam hitungan Nico, rata-rata sub sektor minyak, gas dan batubara berada di angka 7,20 kali. Namun, PER BRMS 25,45 kali masih lebih rendah dibanding rata-rata subsektor barang baku yang di level 43,01 kali.
Baca Juga: Ini Faktor Pendorong Laba Bersih Energi Mega Persada (ENRG) Melejit 145,36% Nico menjabarkan secara teknikal BUMI tengah menguji
resistance di Rp 185 sehingga investor bisa
hold terlebih dulu. Kemudian dia menyarankan
hold atau
buy on weakness pada ENRG. "ENRG terindikasi
overbought alias jenuh beli dengan potensi koreksi jangka pendek, saran
hold atau
buy on weakness. Dengan uji
support terdekat Rp 320 dan
resistance Rp 350," paparnya. Untuk BRMS, lanjut Nico, disarankan
wait and see karena pergerakan sahamnya cenderung
sideways. BRMS akan uji
support di Rp 155 dan
resistance di level Rp 205. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati