KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan telepon seluler (ponsel) dan tablet PT Erajaya Swasembada Tbk (
ERAA) tumbuh signifikan. Analis memproyeksikan kinerja ERAA akan semakin bertumbuh setelah perusahaan ini melakukan kerja sama baru dengan Xiaomi yang menjadi kontributor terbesar bagi penjualan ERAA. Berdasarkan laporan keuangan hingga kuartal III 2018, ERAA berhasil catatkan pertumbuhan penjualan sebesar 52% secara
year on year (yoy) menjadi Rp 25,33 triliun. Laba bersih ERAA juga berhasil tumbuh signifikan sebesar 185% yoy ke Rp 636 miliar di periode yang sama. Robert Sebastian, analis Ciptadana Sekuritas Asia mengatakan, di kuartal III pendapatan ERAA tersokong oleh dominasi penjualan Xiaomi yang meningkat. "Harga jual ponsel Xiaomi yang lebih murah dibanding merek dagang ponsel lain, membuat Xiaomi makin populer di Indonesia, tahun lalu Samsung mendominasi penjualan di ERAA, sekarang
shifting ke Xiaomi," kata Robert, Kamis (6/12).
Untuk meningkatkan penjualan terkhusus pada produk Xiaomi di tahun depan, ERAA akan memulai kerja sama baru dengan Xiaomi. Kerja sama ini bisa menggenjot penjualan ERAA dengan menurunkan jumlah hari persediaan atau
inventory days dan
cash conversion cycle (CCC). Selama ini ERAA mengimpor onderdil ponsel Xiaomi dan membayar pihak ketiga untuk melakukan perakitan ponsel. Proses ini membuat
inventory days atau waktu produk bisa terjual menjadi lebih lama. Robert mencatat, investory level ERAA di kuartal III berada di 58 hari. Namun, di tahun depan kerja sama baru ERAA dan Xiaomi membuat Xiaomi akan melakukan sebagian besar impor onderdil atau suku cadang. Sehingga
inventory days suku cadang ERAA bisa berkurang 70% dengan 30% suku cadang dari dalam negeri untuk memenuhi peraturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Hal ini diproyeksikan bisa menguarangi
inventory days selama 7 hari. Robert mengatakan, karena suku cadang yang ERAA impor berkurang, hal ini juga akan mengurangi siklus konversi kas (CCC) yang biasanya memberatkan ERAA karena harus membayar impor suku cadang di muka. "Hal ini akan berdampak pada manajemen modal kerja yang lebih baik di tahun depan," kata Robert. Robert memproyeksikan kinerja ERAA di tahun ini masih akan positif dengan pendapatan yang diproyeksikan tumbuh menjadi Rp 34,3 triliun di akhir tahun. Sedangkan, laba bersih juga diproyeksikan tumbuh menjadi Rp 846 miliar di akhir tahun. Sedangkan, untuk tahun depan Robert juga optimistis kinerja ERAA masih akan bertumbuh dengan sentimen positif yang datang dari gerakan pemerintah untuk mengurangi perdagangan ponsel gelap yang kini pangsa pasarnya sebesar 30%. Aditya Eka Prakasa Analis BCA Sekuritas menambahkan, manajemen ERAA juga mengindikasikan bahwa pemerintah akan melanjutkan rencana penerapan program pendaftaran International Mobile Equipment Identity (IMEI). Sosialisasi peraturan baru ini direncanakan akan diterapkan pada Mei 2019 dan pemerintah akan memblokir nomor IMEI yang tidak sah.
"Kebijakan ini akan berdampak positif pada penjualan ERAA dan akan mengekang penjualan ponsel pasar gelap, sementara untuk mempertahankan pangsa pasar, ERAA akan gencar memasarkan ponsel kelas menengah," kata Aditya dalam riset 29 November 2018. Aditya memproyeksikan kehadiran beragam ponsel baru juga akan menyokong kinerja ERAA. Namun, penjualan untuk merek ponsel iPhone yang meluncurkan produk barunya di akhir tahun ini atau di kuartal I 2019, Aditya proyeksikan akan melemah karena perubahan fitur yang tidak jauh berbeda dan harga mahal. Meski begitu, Aditya tetap merekomendasikan
buy saham ERAA di target harga Rp 2.500 per saham. Sementara, Robert merekomendasikan
buy di target harga Rp 3.700 per saham seiring dengan membaiknya neraca ERAA dan rendahnya kegiatan impor yang menggunakan mata uang dollar AS. Kompak, Darien Sanusi Analis Trimegah Securities juga merekomendasikan
buy di target harga Rp 4.700 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati