Kinerja Fintech Lending Diproyeksi Positif Usai Pemangkasan Suku Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi 6% diyakini akan berdampak baik bagi perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending. 

Sebelumnya, Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada September 2024.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan, salah satu dampak positif yang akan dirasakan perusahaan fintech lending yakni peningkatan permintaan pembiayaan.


Meski demikian, Agusman menerangkan penyelenggara fintech lending dan bank-bank yang menyalurkan lewat channeling, tetap harus berhati-hati dalam menilai risiko. Hal itu perlu diterapkan untuk menjaga kualitas portofolio pendanaan dan mengurangi risiko gagal bayar.

Baca Juga: Inilah 98 Pinjol Legal Resmi Terdaftar OJK Oktober 2024, Jauhi Nama Pinjol Ilegal!

Sejumlah perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending telah menyiapkan strategi untuk mengimbangi hal tersebut. Sebab, ada potensi peningkatan kebutuhan pendanaan.

Mengenai hal ini, PT Akselerasi Usaha Indonesia (Akseleran) mengakui, turunnya BI Rate tersebut bisa berdampak terhadap perekonomian di Indonesia yang lebih bergeliat dibandingkan sebelumnya.

Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan, strategi yang dilakukan oleh perusahaan adalah existing alias direct sales, di mana harapannya bisa mendapatkan lebih banyak pinjaman.

"Selain itu, dari sisi channel partnership dengan platform digital juga termasuk dalam strategi kami untuk mendapatkan lebih banyak lagi borrower," kata Ivan kepada Kontan, Jumat (11/10).

Sampai saat ini, Akseleran menyebut masih konservatif terhadap target penyaluran pinjaman, yaitu sekitar Rp 3,2 hingga Rp 3,4 triliun hingga akhir tahun 2024 ini. Target tersebut meningkat sekitar 10% dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2023 yang senilai Rp 2,85 triliun.

OJK juga mencatat outstanding pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending pada Agustus 2024 mencapai Rp 72,03 triliun. Hingga saat ini, outstanding Akseleran tercatat senilai Rp 700 miliar, angka ini meningkat sekitar 10% secara year on year.

Kemudian, fintech peer to peer (P2P) lending Modalku menyampaikan akan tetap selektif dalam menyalurkan dana kepada UMKM yang bergerak di industri dengan potensi pertumbuhan yang positif.

Country Head Modalku Indonesia Arthur Adisusanto mengatakan, telah melakukan penilaian kredit secara komperhensif untuk memastikan portofolio pendanaan tetap sehat.

"Sehingga penyaluran dana dapat dilakukan secara bijaksana. Kami berkomitmen untuk mengambil langkah strategis dalam memanfaatkan potensi pertumbuhan jangka panjang yang ada," ujarnya kepada Kontan, Jumat (11/10).

Di tahun ini, Modalku berharap bisa mencatat pertumbuhan yang konsisten dibanding tahun lalu, dengan tetap menjaga kualitas portofolio pendanaan. Sementara itu, kedepannya, Modalku akan terus melakukan peningkatan kualitas SDM dalam rangka membangun tim yang semakin produktif untuk membantu perusahaan dalam mencapai target di 2024. 

"Kami juga akan konsisten mengedepankan inovasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak dan partner untuk membangun solusi pendanaan yang lebih luas bagi UMKM," tuturnya.

Baca Juga: Prabowo Janji Kendorkan Ketentuan Perpajakan

Selanjutnya: ESDM Umumkan Pemenang Lelang WK Amanah dan Melati, Total Investasi US$ 15 Juta

Menarik Dibaca: Dividen Interim Japfa Comfeed (JPFA) Rp 70 per saham, Potensi Yield Hampir 6%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati