KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dinilai mampu menjaga kinerja positif sepanjang 2024 berjalan ini. Hal tersebut dinilai dapat menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga saham emiten berkode BRIS ini. Mengacu data RTI, saham
BRIS telah tumbuh 32,18% secara tahunan atau
year-to-date (ytd) menjadi Rp 2.300 per saham, pertumbuhan paling tinggi di antara bank big caps lainnya. Meskipun, pada perdagangan awal pekan ini (13/5), BRIS mengalami koreksi 9,45%. Analis UBS Sekuritas Indonesia Joshua Tanja dan Ivan Reynaldo Sutheja dalam hasil risetnya yang dipublikasikan belum lama ini menjelaskan, bahwa pertumbuhan kinerja berkelanjutan perseroan sejak berdiri pada 2021 mendorong rekomendasi beli bagi BSI.
Baca Juga: Per Maret 2024, Jumlah Nasabah Tabungan Haji BSI Mencapai 3,6 Juta Kedua analis ini menyebut kehadiran BSI membawa pengaruh positif yang luar biasa terhadap sektor perbankan syariah di Indonesia yang berkembang pesat dan lebih menguntungkan. Di mana, BSI mendominasi aset perbankan syariah yang mencapai 42% pada 2023. Tak hanya itu, UBS Sekuritas juga melihat margin pembiayaan bersih BSI mampu sebanding dengan empat bank besar lainnya, yang tumbuh sebesar 5,9%. UBS Sekuritas menyatakan masih ada ruang untuk penurunan suku bunga sehingga ada prospek pendapatan margin bersih (NIM) yang lebih baik untuk proyeksi 2025,. “Kami memulai dengan target harga Rp 3.400 berdasarkan estimasi PB 3,0 X pada 2025. Oleh karena itu, saat ini menjadi waktu yang tepat untuk membeli saham BRIS,” tulis kedua analis dalam risetnya. Sementara itu, Rizky Budinanda, Head of Investor Relation BSI menjelaskan, BSI senantiasa menjaga konsistensi dalam memberikan manfaat bagi umat khususnya nasabah melalui kinerja berkelanjutan. Selain itu perseroan selalu berupaya memberikan
potential gain kepada investor atas investasi di saham BRIS.
Baca Juga: Emiten Besar Masih Ramai Bagi Dividen, Cermati Rekomendasi Saham Berikut Ini Ia melihat saham BRIS ke depan merefleksikan prospek positif pertumbuhan kinerja berkelanjutan. Baik kinerja keuangan, prospek pasar perbankan syariah di Tanah Air yang pertumbuhannya masih luas, juga secara umum industri perbankan Indonesia yang masih tumbuh sehat dan berkelanjutan. Rizki lanjut merinci, laba BSI hingga kuartal I/2024 terdorong pula fokus perseroan pada dana murah dan mampu menjaga intermediasi dengan baik. DPK BSI pun tumbuh pesat, yaitu 10,43% secara tahunan mencapai Rp 297 triliun yang didominasi oleh dana murah berupa tabungan wadiah dengan persentase mencapai 38%. Tabungan Wadiah BSI atau tabungan tanpa margin tersebut tumbuh 10,38% YoY dengan jumlah nasabah mencapai 13,9 juta. Jumlah tersebut lebih dari 60% nasabah. Selain itu, dana murah di BSI mayoritas merupakan tabungan yang tumbuh 8,75% yoy, lebih tinggi dari industri sehingga
cost of fund dapat terjaga. Pencapaian tersebut berhasil membawa posisi BSI berada di peringkat 5 terbesar secara nasional dari sisi tabungan. Selain itu, dari segi pembiayaan mampu menyalurkan Rp247 triliun atau tumbuh 15,89% year on year (yoy), di mana sebanyak 54,62% disalurkan pada segmen konsumer.
Baca Juga: Pesta Dividen Belum Usai, Ini Rekomendasi Saham Layak Koleksi Pilihan Analis Hingga kuartal I/2024, aset BSI mencapai Rp358 triliun tumbuh 14,25% atau tertinggi ke-3 di industri perbankan Tanah Air. Adapun
Return On Asset (ROA) 2,51%,
return on equity (ROE) 18,30%, dan
financing to deposit ratio (FDR) sebesar 83,05%. Sedangkan
non-performing financing (NPF) gross 2,01% yang mencerminkan kualitas pembiayaan perseroan sangat terjaga dengan dengan level
cost of credit di bawah 1% yaitu 0,88%. Sementara itu
cash coverage mencapai 196,61% hingga Maret 2024 yang merupakan inisiatif perusahaan untuk mencapai minimum
treshold yang sebesar 200%. “Kinerja tersebut menjadi salah satu indikator yang membuat kami optimistis akan diiringi pula dengan prospek saham BSI yang secara perlahan terus naik meski fluktuatif,” ujar Rizki. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli