Kinerja IHSG Negatif pada Awal Tahun, Simak Prospek Reksadana Saham untuk Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan kinerja negatif pada awal 2023 dengan penurunan 2,37% ke level 6.688,26 per Senin (9/1). Meskipun begitu, para manajer investasi optimistis reksa dana saham tetap menjadi pilihan investasi menarik di tahun ini.

Investment Specialist Sucorinvest Asset Management (AM) Caroline Hanni mengatakan, IHSG potensial bergerak stabil cenderung naik. Hal ini didukung oleh posisi Indonesia yang masih diuntungkan dari harga komoditas yang tinggi dan meningkatnya konsumsi domestik.

Kinerja ekspor juga akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menjaga stabilitas rupiah secara keseluruhan. Selain itu, permintaan global yang cenderung melandai di awal tahun akan memengaruhi kondisi inflasi dan memperbaiki rantai pasokan global.


Pembukaan ekonomi China secara penuh nantinya juga dapat kembali mendorong aktivitas ekonomi mitra dagang di akhir tahun ketika situasi mulai kembali optimistis. Di sisi lain, berlanjutnya kenaikan suku bunga bank sentral global, ancaman resesi di pasar negara maju, serta perang Rusia-Ukraina yang tetap bergulir menjadi faktor-faktor penekan pasar.

Baca Juga: Tren Masuknya Dana Asing di Pasar SBN Terus Berlanjut

Melihat situasi yang menantang, Caroline menyampaikan, strategi Sucorinvest AM cenderung lebih defensif dalam mengelola portofolio reksa dana saham dan campuran. Pasalnya, sentimen negatif global mendorong aksi jual asing sehingga akan meningkatkan volatilitas pergerakan pasar saham.

Sepanjang tahun ini, Sucorinvest AM menerapkan strategi active indexing dengan fokus pada saham-saham bluechip dari sektor energi, perbankan telekomunikasi, dan infrastruktur. Caroline melihat, harga komoditas energi masih akan bertahan pada level cukup tinggi karena terdapat disrupsi pasokan akibat konflik geopolitik.

Selain itu, pertumbuhan kredit sektor perbankan sedang berjalan dengan sangat baik. Kenaikan kredit terjadi berkat adanya peningkatan belanja masyarakat setelah normalisasi aktivitas yang akan meramaikan sektor turunan seperti retail dan properti.

Caroline memperkirakan, imbal hasil reksa dana saham di tahun 2023 sedikit lebih rendah dari 2022, yakni sekitar 5%-8%. Hal ini sejalan dengan target IHSG di akhir 2023 di level 7.300-7.400.

Meskipun lebih rendah, menurutnya, reksa dana saham tetap menjadi produk investasi untuk diversifikasi yang menarik di tengah potensi perlambatan ekonomi global. 

Baca Juga: Ini Pemicu Dana Kelolaan Industri Reksadana Turun di Tahun 2022

"Hal ini didukung oleh tingkat dividen yang cukup tinggi dari hasil pertumbuhan ekonomi tahun 2022 dan alokasi pada sektor defensif yang memiliki pricing power," kata Caroline saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (9/1).

Ia mencatat, sepanjang tahun 2022, reksa dana saham seperti Sucorinvest Equity Fund (SEF) dan Sucorinvest Maxi Fund (SMF) masing-masing bertumbuh 9,38% dan 4,61%, melampaui kinerja IHSG yang naik 4,09%.

Sektor komoditas dan perbankan menjadi saham-saham yang menopang kinerja reksa dana saham Sucorinvest AM tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi